PEMATANGSIANTAR-Aset perbankan Sumut tumbuh 4,41% (YoY) menjadi Rp248 Triliun. Dari sisi intermediasi dari kredit/pembiayaan di Sumut masih tumbuh 5,41% atau menempati urutan ke-5 teratas secara nasional.

Demikian pula halnya dengan penghimpunan dana pihak ketiga. Pertumbuhannya masih 3,73%. Meskipun demikian, kontribusi kredit/pembiayaan, dan penghimpunan dana masing-masing baru 4% dan 4,12%.

Hal ini disampaikan Kepala Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Sumatera Bagian Utara, Lukdir Gultom pada acara Media Gathering Tahun 2018 dengan tema Peran Literasi Media Partner OJK KR5 di Hotel Horison, Pematang Siantar Kabupaten Simalungun.

Bahwa secara global, pertumbuhan ekonomi Indonesia cenderung menunjukkan kondisi stabil di angka 5,3% (YoY) bila dibandingkan dengan Filipina, India, Malaysia, dan Thailand, yang seluruhnya cenderung berfluktuasi. Hal ini memberikan keuntungan tersendiri bagi Indonesia karena lebih memberikan kepastian berusaha.

“Begitupun dengan capaian ini sekaligus yang menempatkan Sumut berada di posisi ke-5 teratas secara nasional dan tertinggi di luar Pulau Jawa. Namun demikian, untuk menjawab tantangan target pertumbuhan ekonomi nasional maka menurut hemat kami kinerja 2 komponen utama intermediasi ini masih perlu ditingkatkan lebih tinggi lagi di sisa tahun 2018 ini,” terangnya pada wartawan, Jumat (2/11/2018).

Selanjutnya, dalam rangka menjawab tantangan pertumbuhan ekonomi sektor prioritas (Sektor Pertanian, dan Sektor Perikanan/maritim), kredit/pembiayaan perbankan bagi Sektor Pertanian di Sumut mampu tumbuh 7,24% dengan rasio NPL (net) yang terus menurun menjadi 1,1% serta sekaligus menempatkan Sumut sebagai provinsi dengan penyalur kredit/pembiayaan Sektor Pertanian terbesar ke-2 secara nasional.

Khusus untuk Sektor Perikanan/maritim, pertumbuhan kredit/pembiayaan mencapai 8,89% dengan NPL (net) yang semakin baik (3,62%). Hal ini sekaligus menempatkan Sumut pada peringkat ke-7 nasional setelah DKI, Jateng, Jatim, Sulsel, Jabar dan Lampung, atau peringkat ke-3 tertinggi di luar Jawa.

“Dari sisi IKNB, kami melihat kinerja intermediasi perusahaan pembiayaan masih terbatas disebabkan proses konsolidasi yang masih berlangsung. Walaupun demikian, pertumbuhan piutang pembiayaan masih melanjutkan penguatannya sejak Juni 2018 sebesar 6% dengan kontribusi terbesar dari sub sektor piutang investasi (12,7%),” ucapnya Lukdir.

Selanjutnya, pertumbuhan premi asuransi jiwa tercatat 10,22% (YoY) dan premi asuransi umum sebesar 14% (YoY). Tekanan pasar keuangan domestik dinilai turut memperlambat pertumbuhan premi dimaksud, dan pada akhirnya mempengaruhi pertumbuhan investasi perusahaan perasuransian tercatat masih tumbuh 10,6% (YoY).

"Khusus di Sumut, kami melihat piutang pembiayaan di Sumut tumbuh 13,29% dengan rasio pembiayaan bermasalah sebesar 2,60%, atau masih lebih tinggi dari pertumbuhan piutang pembiayaan nasional yang tercatat sebesar 6,38%.

“Hal ini menunjukkan bahwa peluang pasar perusahaan pembiayaan di Sumut masih relatif baik di tengah perlambatan saluran pembiayaan secara nasional,” terangnya.

Dari sisi pasar modal, hingga Triwulan III 2018  penghimpunan dana di pasar modal mencapai Rp130 Triliun atau tercatat lebih rendah dari posisi yang sama tahun lalu sebesar Rp162 Triliun. Tekanan domestik pada pasar saham masih membayangi kinerja penghimpunan dana di pasar modal.

Secara nasional, penghimpunan dana di pasar modal masih didominasi oleh emiten sektor jasa keuangan dengan porsi 61%. Khusus di Sumut, investor saham tumbuh 31%, investor reksadana tumbuh 57%, investor SBN tumbuh 35%, yang secara keseluruhan telah meningkatkan pertumbuhan kepemilikan saham sebesar 21% dengan total transaksi per bulan sebesar  Rp5,5 Triliun.

“Sumatera Utara merupakan salah satu provinsi yang menjadi motor utama yang mengakselerasi pembangunan ekonomi nasional. Intensifikasi utilitas AUTP, AUTS, dan Asuransi Nelayan terus kami gencarkan. Hingga Q.3 2018, AUTP telah menjamin 4.723 Ha (tumbuh 25,9% qtq), AUTS telah menjamin 5.354 ekor sapi (tumbuh 94,3% qtq), Asuransi Nelayan telah menjamin 556 nelayan nasabah (tumbuh 121,5% qtq),” pungkasnya.*