BATUBARA-Warga Kecamatan Air Putih, Kabupaten Batubara berinisial MN mempertanyakan kinerja Direktur Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) kabupaten tersebut.

 

Kinerja Direktur dipertanyakan karena kekosongan obat di apotek RSUD Kabupaten Batubara yang kerap terjadi.  Bahkan, keluhan keluarga pasien karena harus menebus obat di apotek luar sudah sering terdengar.

Ironisnya, hampir semua jenis stok obat-obatan di rumah sakit plat merah itu tidak tersedia sehingga karena ketiadaan obat-obatan itu, pasien selalu dirujuk ke rumah sakit yang ada di kisaran ataupun di Medan.

Tidak sampai di situ, kelangkaan obat-obatan di RSUD Batubara yang sudah berlangsung lama itu semakin menambah catatan panjang tentang buruknya kinerja pihak terkait yang diamanahkan mengelola fasilitas pelayanan publik tersebut.

Hal itu semakin diperparah dengan ketiadaan peralatan radiologi berupa rontgen serta peralatan pendukung lainnya yang membuat warga masyarakat saat berobat ke RSUD tersebut merasa kesulitan, terlebih lagi ketika ingin mendiagnosis gejala penyakit yang diderita pasien.  “Kenapa banyak masalah di RSUD ? Apa karena dia (Direktur) tidak mampu untuk menanganinya, atau kerjanya cuma duduk manis saja di ruangan yang telah disediakan oleh pemerintah. Karena itu, menurut saya, Juri Freza tidak layak menjabat sebagai direktur rumah sakit,” katanya kepada wartawan, Kamis, (13/9/2018).

Selain soal peralatan serta ketiadaan obat-obatan, pria 40 tahun itu juga menyesalkan bahwa dirinya juga mendengar para honorer tidak mendapatkan gaji terhitung dari bulan Januari hingga bulan September.

“Kenapa ? Itu, ‘kan (gaji) hak honorer yang kerja di situ. Kenapa sampai sembilan bulan tak keluar, apa direkturnya tak punya perasaan,” kesalnya dengan nada tanya seraya mengatakan kalau Direktur sudah jelas gajinya setiap bulan masuk ke rekeningnya.

Selain soal gaji pegawai honor yang belum dibayarkan dan peralatan kesehatan serta obat-obatan, ia juga mengaku mendengar bahwa RSUD Batubara hingga saat ini belum memiliki izin terkait limbah.

“Saya juga mendengar bahwa RSUD Batubara sampai hari ini sama sekali tidak memiliki izin untuk pengelolaan limbah sesuai dengan peraturan yang ada. Jika benar demikian, tentu dampaknya itu sangat berbahaya bagi warga sekitar rumah sakit umum,” akunya.

Oleh sebab itu, ia berpesan kepada Bupati Batubara terpilih, Zahir-Oky, setelah resmi menjabat sebagai Bupati dan Wakil Bupati Batubara harus lebih hati-hati dalam memilih direktur rsud karena itu menyangkut nyawa orang yang berobat ke Rumah Sakit itu.

“Dan kepada Plt Bupati, Harry Nugroho, untuk segera mungkin mencopot Juri Freza dari jabatannya. Sebab jika tidak segera dicopot, rumah sakit itu akan terus seperti itu kondisinya,” imbuhnya.

Banyaknya persoalan di RSUD Batubara itu, kata MN diakibatkan ketidakseriusan Juri Freza sebagai Dirut RSUD. “Dan menurut hemat saya Juri Freza sangat tidak layak menjadi seorang direktur di rumah sakit sebesar itu. Bahkan, jangankan dirut RSUD, Kepala Puskesmas saja tidak layak,” tandasnya.

Sebelumnya, Kepala Dinas Kesehatan Batubara, dr Dewi yang dikonfirmasi lewat sambungan telepon menyoal persoalan tersebut. dr Dewi mengatakan kalau masalah itu tak baik diceritakan lewat telepon, dan orang nomor satu di Dinas Kesehatan Batubara ini menyarankan untuk menanyakan hal itu langsung ke direkturnya dengan alasan yang bersangkutan lebih mengetahui hal itu. Sementara itu, Juri Freza yang dikonfirmasi menjawab dengan arogan dan seolah menantang.

Sama halnya dengan Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Batubara, sang Direktur RSUD juga mengatakan hal itu harus dibicarakan langsung. Akan tetapi saat ditanyakan soal waktu pertemuannya untuk membicarakan itu, orang nomor satu di RSUD Batubara itu dengan lantang menjawab dirinya siap tempur. “Pagi, siang dan malam, kapan saja bisa, saya siap tempur saja,” katanya lewat pesan Aplikasi WhatsApp.