Nama Lalu Muhammad Zohri mendadak menghiasi pemberitaan hampir seluruh media cetak, online maupun elektronik. Apalagi, atlet asal Dusun Karang Pangsor, Desa Pemenang Barat, Kecamatan Pemenang, Lombok Utara, Nusa Ternggara Barat (NTB) secara mengejutkan mengukir prestasi spektakuler dengan merebut medali emas nomor bergengsi Lari 100 M pada Kejuaraan Dunia Atletik IAAF U20 di Finlandia, Rabu (11/7/2018).
Ya, pemuda kelahiran 1 Juli 2000 memang pantas menjadi pembicaraan. Bukan hanya memicu atlet Indonesia lainnya untuk menggapai prestasi dunia tetapi Zohri yang berasal dari keluarga kurang mampu membawa pesan tersendiri. Yakni, kemiskinan bukan menjadi penghalang untuk berprestasi dan mengharumkan nama bangsa dan negara di kancah internasional. 

Maarif, kakak Zohri mengungkapkan, Zohri merupakan anak ketiga dari pasangan Saeriah dan Lalu Ahmad yang tinggal di gubuk. "Kami berasal dari keluarga kurang mampu. Ayah kami hanya nelayan dan buruh tani. Ibu kami telah meninggal saat Johri duduk di bangku SD dan ayah menyusul hampir setahun lalu," kata Ma’rif. 

Tadinya, kata Ma'rif, Zohri sempat menolak saat pertama kali ditawari mengikuti kejuaraan. "Beragam alasan Zohri untuk menolak. Salah satunya persoalan biaya yang dikhawatirkan. Tapi, dia akhirnya mau menerima tawaran atas permintaan ayah dan ibu," ungkapnya. 

Lalu Muhammad Zohri mengenyam pendidikan SDN 2 Pemenang Barat, dan melanjutkan di SMPN 1 Pemenang. Belum tuntas menjalankan studi di SMP itu, Zohri mendapat tawaran untuk ikut dalam kejuaraan.

Ia dianggap berpotensi dan berhasil hingga beberapa kali menoreh prestasi. "Dulu saat SMP, Zohri terbilang siswa yang malas. Beberapa kali dijemput ke rumah untuk bisa sekolah oleh gurunya, dan bahkan pernah tidak naik kelas satu kali," kata sang kakak yang mengaku sering komunikasi dengan Zohri.***