MEDAN - Perekonomian Sumatera Utara pada triwulan I 2018 tumbuh melambat sesuai dengan polanya dari 5,56% (yoy) pada triwulan lalu menjadi 4,73% (yoy).   Meskipun demikian, pertumbuhan ekonomi pada triwulan I 2018 merupakan yang pertama kalinya  meningkat sejak tahun 2013, di mana pertumbuhan ekonomi triwulan I selalu menurun dibandingkan tahun sebelumnya. 

Hal ini dikatakan Kepala Bank Indonesia Wilayah Sumut, Arief Budi Santoso, Senin (25/6/2018).

"Pertumbuhan ekonomi Sumatera Utara secara umum lebih baik dari kinerja perekonomian dari provinsi lain di Pulau Sumatera. Pada triwulan I 2018, ekonomi Sumatera Utara tumbuh lebih tinggi dibandingkan Sumatera yang tercatat 4,37% (yoy)," ujarnya.

Namun demikian, dikatakannya, pertumbuhan tersebut masih lebih rendah dari rata-rata Nasional sebesar 5,06% (yoy). Melambatnya perekonomian Sumatera Utara tersebut terutama disebabkan oleh kinerja ekspor luar negeri yang berjalan moderat seiring dengan permintaan ekspor dari negara mitra dagang yang terbatas. "Selain itu, harga komoditas di pasar global yang tumbuh melambat juga cenderung melambat disebabkan masih rendahnya realisasi investasi di awal tahun seiring  dengan proses pelelangan yang masih  berjalan," ujarnya.

Permintaan domestik juga cenderung melambat didorong oleh pola seasonal realisasi investasi yang terbatas di awal tahun seiring dengan proses pelelangan yang masih berjalan. Namun, konsumsi swasta yang kuat dan stabil mampu menahan perlambatan lebih lanjut.  

"Untuk konsumsi rumah tangga meningkat seiring dengan penyesuaian Upah Minimum Pekerja  (UMP) di tahun 2018. Selain itu, persiapan kegiatan Pilkada 2018 juga mendorong peningkatan konsumsi Lembaga Non Profit Rumah Tangga dan juga pemerintah," katanya.

Secara sektoral, kinerja sektor utama  di awal tahun belum optimal, terutama untuk sektor pertanian, konstruksi, dan perdagangan. Perlambatan di sektor pertanian utamanya disebabkan oleh  penurunan produksi tanaman pangan akibat pergeseran musim panen.  

"Penurunan produksi hasil tanaman pangan juga menurunkan hasil pertanian yang diperdagangkan,  sehingga sektor perdagangan tumbuh  melambat. Selain itu, sektor konstruksi juga belum maksimal seiring dengan  proses pelelangan atau pengadaan yang masih berlangsung," pungkasnya.*