MEDAN - Huffazh Center Indonesia (HCI) menggelar wisuda bagi 32 orang hafizh dan hafizhah angkatan kedua, bertempat di Tiara Convention Center. Para hafizh dan hafizhah tersebut merupakan para remaja dari berbagai SMU dan Pesantren yang lolos seleksi penerimaan HCI, enam bulan lalu.

Dalam masa enam bulan, 32 siswa yang terdiri atas 16 hafizh dan 16 hafizhah itu berhasil menuntaskan seluruh rangkaian kegiatan penghapalan 30 juz Al Qur’an, dengan berbagai tingkatan prestasi.

Yang tertinggi adalah predikat mumtaz atau setara cum laude yang diraih oleh dua orang hafizh terbaik HCI. Dalam keterangannya, Ketua Panitia Wisuda Huffazh Center Indonesia, Muhammad Hasbi Maulana Batubara menyampaikan bahwa sebelum menjalani prosesi wisuda, para santri HCI terlebih dahulu harus melalui ujian hapalan dan berhak mengikuti wisuda setelah dinyatakan lulus hapalan 30 juz Al Qur’an.

Lebih lanjut ia menjelaskan bahwa dalam masa enam bulan penghapalan 30 juz Al Qur’an di HCI, para santri juga mendapatkan bermacam materi pendidikan dan ketrampilan.

Antara lain berupa pendidikan bilal mayit, memasak dan hospitality bagi para hafizhah, tausiah dalam tiga bahasa, olahraga dan aktivitas lainnya. Sementara itu, Direktur HCI, Prof Dr Syahrin Harahap, MA, mengatakan bahwa sampai saat ini banyak permintaan dari daerah-daerah yang menginginkan agar HCI membuka cabang di tempat mereka.

Namun permintaan tersebut belum bisa direalisasikan karena HCI masih menunggu hingga terlaksananya angkatan ketiga sembari melakukan monitoring terhadap para santri dari angkatan-angkatan sebelumnya.

“Penghapal Al-Qur’an adalah golongan orang-orang yang paling mulia di dalam Islam. Maka bagi para donatur di HCI yang membiayai seluruh kegiatan dan keperluan para santri, merupakan sebuah anugerah terbaik karena akan mendapatkan pahala terbaik dari Allah SWT untuk andilnya dalam membumikan Al Qur’an,” kata Prof Syahrin.

Pada bagian lain, founder sekaligus salah seorang Pembina HCI, Ivan Iskandar Batubara menyampaikan rasa syukur dan gembiranya atas keberhasilan para santri HCI dalam menyelesaikan penghapalan 30 juz Al Qur’an dalam masa enam bulan. Tentu saja, ia menandaskan bahwa wisuda bukanlah akhir dari segalanya, namun merupakan awal dari kiprah para generasi qurani di masyarakat saat kembalinya mereka ke daerah asal masing-masing.

Ia mencontohkan salah seorang angkatan HCI I yang saat ini telah menjadi Imam Besar di Padang Lawas Utara dan menaruh rasa bangga atas kiprahnya.

Menurut Ivan, kemampuan membaca Al Qur’an dengan baik dan benar di kalangan umat Islam harus digerakkan bersama-sama. Hal ini mengingat masih rendahnya kemampuan tersebut dimiliki oleh masyarakat Indonesia yang beragama Islam.

“Hanya 38 persen umat Islam yang mampu membaca Al Qur’an dengan baik dan benar. Sementara 62 persen lainnya masih tidak mampu membacanya. Maka saya mengimbau kepada kalangan yang mampu untuk berbagi dan berkiprah bersama dalam meningkatkan jumlah para penghapal Al Qur’an melalui HCI,” kata Ivan.

Ivan menuturkan, para santri yang lolos seleksi HCI telah berupaya sungguh-sungguh untuk menyelesaikan pendidikannya dengan baik. Hal tersebut diapresiasinya sebagai sebuah langkah awal yang baik bagi perkembangan HCI ke depannya. Mengingat pada masa-masa awal, para santri juga mengalami proses adaptasi yang tidak mudah, antara lain mengalami home sick, khususnya yang berasal dari daerah yang jauh, seperti Bekasi dan Aceh.

“Para santri yang diwisuda hari ini merupakan hasil dari seleksi ketat yang dilakukan terhadap ribuan calon santri. Dan mereka telah membuktikan bahwa mereka mampu mengemban seluruh kewajiban penghapalan yang ada di HCI. Alhamdulillah, saya benar-benar terharu dan bangga kepada mereka semua,” imbuh Ivan.

Dalam rangkaian prosesi tersebut, para hafizh dan hafizhah, keluarga masing-masing serta dewan senat HCI terlihat tak mampu membendung rasa haru. Turut hadir di antara hadirin, sejumlah pemuka masyarakat, alim ulama, Rektor Universitas Al Washliyah (Univa), para pengurus organisasi keagamaan serta angkatan I HCI.

Acara juga diisi dengan orasi ilmiah berjudul “Menyimak Kehidupan Masyarakat Muslim di Eropa” yang disampaikan oleh salah seorang anggota Dewan Senat HCI, Siti Soraya Iskandar Batubara.***