JAKARTA - Peneliti Kebijakan Publik dari The Indonesia Public Institute (IPI), Jerry Massie menilai posisi Megawati Soekarnoputri di BPIP bisa diserahkan kepada tokoh yang lebih senior.

"Bagi saya masih ada yang lebih senior yang menempati posisi Megawati misalkan Jimly Asshiddiqie, Mahmud MD dan lainnya," kata Jerry kepada GoNews.co melalui pesan rilisnya Rabu (30/5/2018) di Jakarta.

Menurutnya, Megawati sebaiknya fokus saja pada tugasnya sebagai Ketua Partai. "Megawati bagi saya fokus saja sebagai Ketua Partai, karena ini bisa menggangu kinerjanya nanti," ujar Jerry.

Dikatakannya, untuk gaji yang mencapai Rp 112 juta sebetulnya Presiden harus mampu menghemat budgeting atau anggaran negara, dimana saat ini Indonesia lagi mengalami economic crisis. Ditambah lagi hutang semakin membengkak sudah mencapai Rp5.000 triliun."Kan bisa menghemat anggaran belum lagi 35,67 triliun anggaran THR bagi ASN dan lainnya," tutur dia.

Jerry pun meminta pemerintah untuk tidak terlalu memberatkan negara, tetapi memanfaatkan keuangan APBN Rp2.220 trilun dengan baik dan bijak.

Pesiden kata dia, seyogyanya melihat lembaga-lembaga yang punya peran dan mana yang mandul. Contohnya, badan cyber sampai kini kinerja masih belum optimal atau memuaskan. Pasalnya mereka di gaji negara.

"Salary seorang pejabat negara harus ada ukurannya measurable and achiavable. Jangan hanya wasting money tapi spending money and spending time harus balace," tukasnya.

Sudah saatnya, selling human resource atau menjual produk manusia di luar biar ada pemasukan ke kas negara. Ia juga meminta agar badan atau lembaga yang sudah tak ada fungsinya harus di bubarkan.

Sebagai contoh kata dia, Inspektorat di daerah-daerah perlu di kaji lagi karena saya menilai kurang bermanfaat dan relevan. "Jadi jangan dulu menaikan gaji para pejabat negara seperti Megawati, kita hemat anggaran negara lebih baik. Menariknya gaji Mega melampui gaji presiden Rp 30 juta di tambah tunjangan Rp 32,5 juta. Kebijakan presiden jelang pilpres perlu hati-hati. Pasalnya lawan politik akan menyerang dia dengan propaganda," tandas dia.***