MEDAN - Tak kenal, maka tak sayang. Ungkapan ini seakan dapat menggambarkan perasaan seseorang saat baru mengenal maupun setelah mengenal sosok calon Gubernur Sumut nomor urut 1 Edy Rahmayadi yang berpasangan dengan calon wakil Gubernur Musa Rajekshah. Termasuk juga bagi tim yang sehari-hari mengikuti kegiatan Edy Rahmayadi saat berinteraksi ataupun bersilaturahmi dengan masyarakat. Bagi tim yang menyebut diri mereka sebagai Tim "Gurkha" Eramas yang didalamnya ada tim protokol, peliput dan dokumentasi, tim advance, pemain Keyboard dan teknisi Sound System mereka juga awalnya mengaku terkejut dengan gaya dan pembawakan sang mantan Panglima Komando Cadangan Strategis Angkatan Darat (Pangkostrad).

Jika lazimnya seorang calon Gubernur dengan senang hati dan bahkan menawarkan diri agar disetting sedemikian rupa guna menaikan popularitasnya, Edy malah sering menolak dan enggan dijadikan objek dengan tujuan pencitraan.

Apalagi yang berkaitan dengan kegiatan sosialnya Edy dengan tegas meminta agar kegiatan dirinya tidak dipublikasikan. Tak Pelak Edy Rahmayadi yang dikenal oleh teman-teman dekatnya memiliki rasa sosial yang tinggi menjadi jarang tersentuh pemberitaan di media massa walaupun saat ini dirinya sedang dalam suasana kampanye.

"Padahal berdasarkan hitung-hitungan politik kegiatan sosial ini jika dipublikasikan akan dapat mendongkrak elektabilitas dirinya di mata masyarakat. Tapi ayah Edy tidak mau menggunakan cara-cara itu. Walau Ayah Edy baru terjun dalam dunia politik, beliau berusaha menjaga berpolitik secara jujur," ujar ujar Cornel pria yang setia mendampingi ayah Edy sebagai pemain Keyboard, Kamis (24/05/2018).

Menurut Cornel, bagi dirinya yang sejak lama mendampingi Edy Rahmayadi sifat-yang ditunjukan Edy Rahmayadi saat ini tidaklah hal yang baru. Tidak hanya dikenal sebagai teman yang setia, Edy juga disenangi teman-temannya karena kemurahan hatinya menolong sesama. Dan tidak kalah pentingnya, lanjut Cornel sosok Edy Rahmayadi juga dikenalnya sangat pintar menjaga silaturahmi dengan tokoh-tokoh lintas agama.

"Saya sudah ikut Ayah Edy sejak di Batam dulu saat Beliau masih aktif sebagai tentara. Dibalik sosoknya yang keras, hati Ayah sangat mudah tersentuh untuk menolong sesama. Kalau membantu ayah tak liat apa agama orang itu, apa sukunya. Kalau dia senang pasti dibantunya. Dan saat memberikan bantuan ayah Edy tidak pernah mengharapkan pamrih," ujarnya lagi.

Sikap ini menurut Conel tetap terjaga meskipun saat ini Edy Rahmayadi tercatat sebagai calon Gubernur. Bila selayaknya para calon Gubernur akan banyak mengumbar janji-janji politik untuk menarik simpati masyarakat Edy lebih memilih tampil dengan bahasa kejujuran.

"Ini yang membuat saya salut dan kenapa sampai sekarang saya setia mendampingi ayah Edy. Beliau tegas tapi jujur dan tak kenal kepura-puraan. Ayah sering mengingatkan urusan ibadah, sosial jangan dicampur adukan dengan urusan politik. Makanya kalau kegiatan sosial, seperti membantu orang, melayat, menjenguk orang sakit, atau membantu rumah ibadah ayah paling marah kalau diliput atau dipoto-poto," tegas Cornel.

Cornelpun tak menapik bahwa sikap dan gaya Edy Rahmayadi ini terkadang sempat mematik ketidaksenangan sebahagian pemburu berita yang ingin mempublikasikan kegiatannya.

"Makanya pernah ada terjadi kesalahpahaman kawan-kawan wartawan atau masyarakat yang menganggap ayah Edy itu sombong atau arogan. Padahal kalau mereka mengenal ayah Edy lebih dekat mereka akan paham dan mungkin salut dengan sosok Ayah yang apa adanya dan jauh dari kepura-puraan," terangnya.

Pengakuan serupa disampaikan Masda, potografer yang selama ini mendampingi Edy Rahmayadi. Bahkan potografer yang cukup berpengalaman mendampingi sejumlah tokoh politik ini juga mengaku awalnya terkejut dan canggung saat jadi bagian dalam tim publikasi Edy Rahmayadi. Bahkan Masda sempat mengaku pernah merasa kesal karena kreatifitasnya tersendat karena dilarang mengabadikan beberapa moment yang menurutnya baik untuk dipublikasikan.

"Awalnya kesal juga tapi lama kelamaan aku melihat sebuah kejujuran dari Ayah Edy. Meskipun saat ini beliau jadi bagian dunia politik tapi beliau sebisa mungkin tampil apa adanya, jujur, menghindari rekayasa atau pencitraan yang berlebihan yang mengarah kepada sifat riya," terang Masda.

Masda pun mengakui seiringi berjalannya waktu, rasa simpati terhadap sosok Edy Rahmayadi kian tumbuh.

"Ini bukan hanya persoalan bagaimana menarik simpati masyarakat, tapi ada pembelajaran tentang sosok yang tegas, jujur, berani dan ikhlas menjadi pemimpin atas dasar karena beribadah," ujarnya.

Berbuat baik tanpa harus mendapat pengakuan dari siapapun memang menjadi poin plus bagi sosok Edy. Bahkan sikap ini cenderung menjadi persoalan bagi Irvan untuk menuliskan janji-janji politik sang Jenderal kepada masyarakat.

Di sejumlah kesempatan saat bertatap muka dengan masyarakat yang seharusnya bisa menjadi ajang kampanye dirinya malah tidak dimanfaatkan. Edy lebih memilih untuk bersilaturahmi dan membuka wawasan masyarakat untuk sama-sama memahami tentang kondisi Sumut yang mulai tertinggal jauh di segala bidang dari Provinsi lain di Indonesia. Padahal sebagai Provinsi yang kaya akan Sumber daya alam dan manusianya sangat tidak pantas Sumut ini tertinggal.

"Beliau hanya menyampaikan kalau Sumut mau maju maka yang dibutuhkan sebuah kejujuran. Kalau sekedar menyampaikan janji-janji kepada masyarakat menurut Ayah Edy bukan hal yang sulit. Tapi Rakyat Sumut ini sudah terlalu banyak mendapat janji-janji. Janganlah kita jadi Raul (Raja Ulok)," ujar Irvan mengulang kalimat yang pernah diucapkan Edy Rahmayadi saat bersilaturahmi dengan masyarakat.

Ironisnya lagi menurut Irvan yang sering meliput kegiatan Edy Rahmayadi, saat bersilaturahmi dengan masyarakat Edy sangat jarang mengutarakan ajakan agar masyarakat mau memilihnya pada 27 Juni 2018 mendatang. Edy hanya menyampaikan agar masyarakat, apapun agamanya harus menghadirkan Tuhan di setiap tindakannya. Termasuk saat akan menentukan pilihan kepada Calon Gubernur dan Wakil Gubernur Sumut untuk periode 2018-2023.

"Beliau hanya bilang, Saya tidak menyuruh atau memaksa saudara-saudara saya untuk memilih saya. Yang jelas nanti harus hadir keTPS. Jang Golpot. Silakan berdoalah minta petunjuk kepada Tuhan. Kalau yang Islam sholat istqorah, yang agama Kristen, Budha, Hindu atau agama lain silahkan berdoa, minta sama Tuhan mana yang terbaik," ujar Irvan lagi.

Kalimat ini menurut Irvan sangat sering disampaikan Edy saat bertatap muka dengan masyarakat. Tapi yang sempat membuat hatinya bergetar, lanjut Irvan bahwa Edy menyakinkan masyarakat bahwa sebesar apapun upaya manusia untuk menghambat langkahnya menjadi Gubernur Sumut tidak akan mampu melawan kehendak sang Pencipta.

"Kata-kata ini sangat membekas dihati saya dan mungkin juga dihati masyarakat yang mendengarnya saat itu. Diujung pembicaraan beliau menegaskan bahwa, Kalau Tuhan, Allah sudah berkehendak Edy Rahmayadi dan Musa Rajekshah menang pada Pilgubsu nanti, maka percayalah tidak ada satu kekuatan apapun yang bisa menghalangi," ujarnya.