MEDAN - Bubur sop khas Kesultanan Deli menjadi santapan khas untuk berbuka puasa di Masjid Raya Al-Mashun, Kota Medan. Berbahan dasar beras, daging dan sayuran, ditambah rempah-rempah sebagai bumbu masaknya.

Seorang juru masak bubur sop di Masjid Raya Al-Mashun, Darlis mengatakan, setiap hari mereka menghabiskan 30 kilogram beras dan daging 10 kilogram. Para juru masak sudah bersiap sejak pagi untuk menyiapkan racikan-racikan bubur sop khas Melayu tersebut.

"Lepas Zuhur, jelanga mulai dipanaskan. Seluruh bahan kemudian dimasak bersamaan hingga tanak. Sekitar empat jam itu baru tanak buburnya, jadi enak rasanya," kata Darlis.

Darlis yang sudah menjadi koki untuk memasak bubur sop khas Melayu itu sejak 2004 lalu juga mengatakan, tidak ada komposisi dari bubur sop itu yang berubah hingga saat ini.

"Tidak ada komposisi yang berubah. Para juru masak memang konsisten kalau soal rasa. Apalagi tradisi ini ada sejak zaman Sultan Deli," ungkapnya.

Darlis menjelaskan, dulu banyak yang mengira bubur sup adalah bubur pedas. Itu salah, karena ada perbedaan yang signifikan antara keduanya. Bubur pedas biasanya disantap dengan anyang, yaitu sayur pakis dan toge yang diolah sedemikian rupa dengan cabai, udang kering, kelapa kukur goreng dan asam jeruk.

"Sedangkan bubur sup berbahan dasar beras, daging dan sayuran. Ditambah rempah-rempah sebagai bumbu masaknya. Sekarang bahan pembuatan bubur pedas sulit didapatkan. Yang bisa memasaknya juga sangat terbatas orangnya," jelasnya.

Darlis juga menghimbau, bagi masyarakat yang ingin merasakan bubur sup khas Melayu boleh mencobanya di Masjid Raya Al-Mashun.

"Untuk masyarakat yang mau menikmati bubur sup, cukup datang ke Masjid Raya Al-Mashun Medan saat Ramadan Bubur sup dibagikan gratis untuk hidangan berbuka puasa," ucapnya.***