MALANG - Kader HMI Se-Malang Raya bersama seluruh komponen aktivis mengecam keras tindakan aksi teror yang ada disejumlah daerah seperti Jakarta, Surabaya, Sidoarjo dan yang terbaru di Mapolda Riau.

Sebagai tanda duka cita mereka pun menggelar doa bersama di bundaran Balapan Kuda Kota Malang, Selasa (15/5/2018).

Di acara itu, para aktivis dan Kader HMI juga mengkritisi kinerja BIN dan Polri yang dianggap gagal memberikan rasa aman untuk rakyat.

"Masyarakat terjebak dalam kecemasan pasca aksi terorisme beruntun yang terjadi dalam beberapa hari terakhir ini," ujar Koordinator aksi Ghulam Bahri kepada GoNews.co, Rabu (16/5/2018) melalui pesan Whatsapp.

Kegagalan BIN dan Polri kata dia, dimana aksi serangan terorisme kembali terjadi dan menyasar rumah ibadah tempat dimana nama tuhan di dengungkan, dan tempat orang beriman melantunkan doa dan pujian. "Namun kekhidmatan itu di luluh lantahkan oleh aksi sekelompok orang yang tak berperikemanusiaan lewat serangan bom yang dilancarkan, dimana Bin dan Polri sehingga tidak bisa mendeteksi kejadian ini dan melakukan pencegahan," tegasnya.

Aksi terorisme menyerang rumah ibadah kata dia, bukan saja kali ini terjadi. Tercatat dalam kurun waktu terakhir sudah ada beberapa peristiwa teror yang terjadi. "Di jawa barat, terjadi penyerangan dan pembacokan beberapa ulama di masjid, di yogyakarta terjadi peledakan bom di gereja, dan yang terakhir ialah terjadi aksi terorisme peledakan bom bunuh diri di sejumlah gereja surabaya jawa timur ketika jemaat akan melaksanakan misa di pagi hari," paparnya.

Tindakan keji itu lanjutnya, tentu tidak bisa kita benarkan atas dasar apapun karena tidak ada dalil dan ajaran agama manapun yang membenarkannya.

"Di tengah kondisi masyarakat indonesia yang begitu majemuk, kejadian seperti ini tentunya sangat berpotensi akan menimbulkan konflik horizontal di tengah masyarakat. Begitu terjadi maka Isu SARA sontak begitu cepat akan menyebar karena tidak ada lagi filterisasi informasi dan komunikasi," tukasnya.

"Fenomena yang terjadi, tentu membuat masayarakat indonesia yang kesehariannya hidup dalam keberagaman, dengan semangat gotong royongnya akan berpotensi menimbulkan perpecahan jika kejadian ini dimanfaatkan oleh kelompok tertentu untuk memperkeruh keadaan," tandasnya.

Maka dari itu katanya lagi, rentetan peristiwa aksi teror yang terjadi di bangsa pihaknya melihat, bahwa yang berwenang dalam menjaga keamanan dan ketertiban masyarakat telah gagal memberikan jaminan akan hal itu.

"Kepolisian Republik indonesia gagal memberikan perlindungan dan jaminan keamanan kepada masyarakat karena yang terjadi hari ini masyarakat mengalami kecemasan dan kekhawatiran melaksanakan aktifitasnya," urainya.

"Begitu juga dengan Badan intelijen Negara (BIN). Mereka kecolongan karena tentunya pasti sudah bisa memprediksi potensi aksi teror yang akan dilancarkan . Ini menjadi catatan penting 2 instansi ini agar mampu lebih maksimal dalam menjalankan tupoksinya. Sehingga masyarakat tenang, hidup dalam keberagaman dan mendapatkan rasa aman," pintanya.

Masyarakat saat ini kata dia, tidak lagi mudah terporovokasi dan tidak akan mau konflik meski ada oknum yang tidak bertanggung jawab berusaha memainkan peran.***