JAKARTA - Selasa (6/1/14) pukul 09:00 pagi, panasnya kota Jakarta, terasa kian menyengat.

Sang surya yang belum lama terbangun, langsung menunjukkan keperkasaannya.

Peluh pun mulai menetes. Deru mesin dan bunyi klakson kendaraan ikut memekakkan telinga. Debu juga asap hasil pembakaran mesin turut menambah pengap.

Ratusan atau mungkin ribuan kendaraan roda dua dan roda empat, memadati salah satu fly over di bilangan Tebet, Jakarta Selatan. Jalan protokol yang mengarah ke dua arah itu pun tersendat.

Pasalnya, sebagian besar kendaraan yang melintas, menumpuk di tanjakkan flyover. Kendaraan yang hendak mengambil jalur lainnya, ikut terhalang karena banyaknya pengendara motor yang secara brutal berebut ingin naik ke flyover.

Mobil-mobil berwarna hitam, putih dan perak keluaran negeri Matahari Terbit, terlihat mendominasi. Sedangkan untuk kendaraan roda dua, relative beragam. Motor matic, masih jadi primadona. Namun, hampir seluruhnya, juga pabrikan Jepang.

Ada pengendara yang terlihat tenang, ada juga yang menunjukkan ekspresi kekesalan. Pemandangan ini jadi tontonan rutin di hampir setiap sudut Ibukota Republik Indonesia ini.

Di tepian jalan, beberapa pengendara motor memilih melipir untuk beristirahat sambil menikmati secangkir kopi yang dijajakan seorang pedagang keliling.

Pedagang itu memarkirkan sepedanya tepat di samping gerobak bertuliskan bubur ayam. Ada juga yang masih duduk diatas tungganggannya sekedar menghisap rokok.

"Hmmhhh parah pada gak mau ngalah, makanya jadi kayak gini, keluh seorang pria berkumis yang mengenakkan jaket hitam, seraya menggelengkan kepalanya".

"Iya nih, kalau mau bilang ingin buru-buru semua juga pasti ngomong kayak gitu. Tapi jangan seradak-seruduk juga. Parah memang. Nggak ada polisi, jadi makin semraut, timpal lelaki berbalutkan jaket kulit berwarna cokelat yang duduk disampingnya,"

Lihat aja, kasian orang yang nggak mo naik flyover. Motor-motor udah nutupin jalannya. Kalau begini belum tentu polisi bisa beresin, ujar pria berkumis tadi, selanjutnya menghisap rokok kretek yang menempel di antara jari tengah dan jari manisnya itu.

"Hahaha memang. Jarang polisi mau bertindak kalau macet kayak gini. Kecuali memang ada operasi kayak Natal-tahun baru kemaren. Biasanya kan mereka maunya di tempat sepi. Ada yang pake ngumpet-ngumpet segala biar mangsanya ketangkep. Kadang-kadang alasan nilangnya terlalu mengada-ada. Intinya Cuma mau sidang ditempat. Biasa duit rokok hehe, " ujarnya disusul sebuah senyuman sinis.

"Hehe iya. Ya sudah mas, saya jalan dulu. Udah ditelpon bos, kenapa jam segini belom nyampe. Yah kadang-kadang kan bos-bos gak mau tahu kondisi. Macet gak macet yang penting ontime, ujar pria berkumis itu sembari membuang rokok yang tadi dihisapnya kedalam selokan dan berjalan menuju ke motor bebeknya lalu pergi mengarah ke tanjakan flyover.***