MEDAN - Persatuan Wartawan Indonesia (PWI) Asahan menggelar acara workshop foto Jurnalistik dengan tema 'perkembangan foto jurnalistik di zaman digital' di Hotel Antariksa Kisaran.

Workshop ini menghadirkan narasumber yang cukup andal dan mempunyai banyak pengalaman di dunia fotografi jurnalistik, antara lain Ketua Pewarta Foto Sumut, Rahmad Suryadi, Ketua PWI Asahan Indra Sikoembang dan dari Dinas Kominfo Asahan diwakili Kabid Media, Arbain Ariyadi Tanjung.

Dalam sambutannya, Ketua PWI Asahan Indra Sikoembang mengatakan, seiring kemajuan teknologi, media merupakan salah satu yang berkembang secara dinamis. Dimulai dengan bergesernya minat media cetak menjadi media online.

"Dulu cara penulisan berita dengan menggunakan alat mesin tik dengan berkembang nya zaman berubah penulisan dengan menggunakan komputer model tabung dan terus berkembang saat ini sudah menggunakan laptop maupun handphone Android," ujar Indra Sikoembang.

Dia juga berharap kepada wartawan yang hadir agar terus meningkatkan pengambilan foto jurnalistik di zaman digital ini. "Sekarang kita sudah mudah cara pengiriman berita dan foto dengan menggunakan email. Maka wartawan harus memiliki email, apalagi zaman sekarang," ujarnya.

Sementara sambutan Bupati Asahan, Taufan Gama Simatupang, yang dibacakan Kepala Bidang (Kabid) Media Arbin Ariyadi Tanjung menjelaskan, dengan adanya kegiatan ini dapat menambah wawasan dalam mengambil foto dengan mutu yang bagus untuk dimuat di medianya masing-masing. "Pemkab Asahan mendukung penuh kegiatan ini," tegasnya.

"Dan ini juga akan mengajari kami selaku Dinas Komunikasi dan Informasi (Diskominfo) dalam cara-cara pengambilan foto kegiatan Pemkab Asahan. Kegiatan ini ilmu bagi kami dalam pengambilan foto untuk Diskominfo," sambungnya.

Rahmad Suryadi menjelaskan, dalam pengambilan foto ada dua pendekatan, yakni foto yang direncanakan dan foto yang tidak direncanakan.

Menurutnya, foto yang direncanakan seperti foto untuk politik, ekonomi, olahraga, seni dan lainnya.

"Seperti acara seremonial itu foto sudah direncanakan dari sisi mana yang mau diambil untuk dimuat di koran," ujarnya.

Sedangkan foto yang tidak direncanakan, kata Rahmad Suryadi adalah foto yang tidak bisa diatur oleh sang fotografer. Misalnya kecelakaan, gempa bumi atau sering disebut spot news. Untuk itu diperlukan kecepatan dan kecekatan fotografer sehingga bisa menghasilkan foto-foto yang baik.

"Wartawan harus bisa mengambil foto yang tidak direncanakan mendadak," sebutnya.

Dia juga menjelaskan, foto sebagai salah satu unsur penting dalam sebuah berita, tidak lagi hanya bisa diambil oleh fotografer professional. Masyarakat biasa pun bisa mengambil sebuah foto yang bernilai berita lalu menyebarkannya ke media sosial.

"Namun, kualitas foto yang dihasilkan oleh amatir tentu berbeda dengan hasil foto seorang fotografer. Mulai dari angle, teknik, dan etika dalam fotografi. Maka dari itu, penting untuk seorang fotografer memahami benar bagaimana menjadi seorang fotografer berkualitas dan beretika," jelasnya.***