BANDA ACEH - Jika tidak ada halangan, Teungku Chiek di Samalanga Al-Mursyid Al-Mukarram Syeikh H Hasanoel Basri HG atau akrab di sapa Abu MUDI Samalanga akan kembali akan mengisi pengajian rutin Tasawuf, Tauhid, dan Fiqh (Tastafi), Jumat (4/5/2018).

Rencananya, ia akan ceremah di Masjid Raya Baiturrahman, Banda Aceh, setelah salat Isya berjamaah, atau sekitar pukul 20.00 WIB.

Hal ini diungkapkan Ketua pengajian Tastafi Banda Aceh Tgk. Marwan Yusuf, dalam siaran tertulisnya yang diterima redaksi GoAceh.co (GoNews Group), Jumat, (4/5/2018).

"Insya Allah, malam ini kami kembali menggelar pengajian rutin Tastafi yang akan disampaikan oleh Al-Mursyid Al-Mukarram Abu MUDI pada bulan Sya'ban sebagai pengajian penutup menjelang bulan suci Ramadan," ujarnya.

Ia pun berharap, agar masyarakat di seputaran Banda Aceh dan Aceh Besar juga utasan Tastafi wilayah lain bisa ikut hadir.

"Kepada kaum muslimin, kami harapkan bisa ikut dalam pengajian pada malam ini," ujar Marwan yang juga sebagai Geuchik Gampong Baro itu.

Rencananya, pengajian Abu MUDI ini dapat juga akan disiarkan langsung melalui Live streming radio RRI programa satu, radio.mudimesra.com, dan www.mudimesra.tv di bawah naungan lpdm.mudimesra.com.

Untuk diketahui, Abu Mudi atau Teungku Haji Hasanoel Bashry yang lebih dikenal sebagai Abu Mudi ini, dari penulusran GoNews.co, dilahirkan di desa Uteun Geulinggang, Kecamatan Dewantara, Kabupaten Aceh Utara, pada tanggal 21 Juni 1949 yang bertepatan dengan tanggal 26 Syaban 1368 H.

Ia adalah putra tertua dari dua bersaudara dari pasangan Tgk. H. Gadeng bin Bulang dan Ummi Manawiyah binti Sandang. Dengan kehidupan yang berlatar belakang agama yang tinggi serta disiplin yang ayah beliau tanamkan sejak kecil membuatnya menjadi sosok yang sangat mencintai agama serta tekun dalam mempelajarinya.

Ketika usia 5 tahun, seperti umumnya anak-anak pada masa itu, ia mengikuti pendidikan dasar di Sekolah Rakyat swasta di Krueng Geukueh selama 7 tahun, sebelum kemudian sempat menempuh pendidikan PGAP (Pendidikan Guru Agama Pertama) selama 2 tahun dari standar prgogram pendidikan empat tahun.

Pada tahun 1964 setelah sempat mengenyam pendidikan di PGAP (setingkat SMP sekarang) selama dua tahun, ia memutuskan untuk tidak lagi melanjutkan pendidikan umum karena melihat kualitas pendidikan yang sangat rendah pada saat itu dan atas inisiatif sendiri di usia 15 tahun ia memutuskan untuk belajar ke Dayah Mesjid Raya yang sudah cukup dikenal masyarakat pada waktu itu. 

Setelah lebih dari 10 tahun mengenyam pendidikan di Dayah MUDI, pada usia ke-28 tahun ia menikahi putri sulung Abon Aziz yang merupakan pimpinan Dayah MUDI yang bernama Ummi Shalihah dan dikarunia tujuh orang anak, yaitu: Zahrul Fuadi Mubarrak (1979), Su'aidah (1980) (meninggal saat bayi), Zahrah Mahfudhah (1984), Nurul A'la Rabi'ah 'Adawiyah (1985), Muhammad Thaifur (1988), Muhammad Abrar Azizi (1989), Abdul Muhaimin (1991).***