MEDAN - Dugaan pungutan liar dan penelantaran pasien kembali terulang di RSUD H Adam Malik Medan. Keluarga pasien Kartu Indonesia Sehat (KIS) menjadi korbannya.

Informasi dihimpun, hal itu diungkap seorang perempuan bernama Eti, ibu dari seorang balita berinisial GP yang merupakan pasien RS Adam Malik.

Eti merupakan warga Tanjung Pinang Kepri yang oleh instansi di sana dirujuk agar anaknya berobat ke RS Adam Malik.

Diterangkan Eti, anaknya merupakan pasien rawat jalan RS Ada Malik Medan. Sebelum menjalani rawat jalan, sudah dilakukan dua kali operasi kepada anaknya karena saluran pencernaan. Dokter yang mengoperasi GP berinisial dr EF.

"Anak saya gak bisa buang air besar. Jadi dioperasi perutnya dibelah gitu. Terakhir operasi tahun 2017. Sampai sekarang anak saya gak bisa buang air besar secara normal dan perut anak saya masih dibalut bekas operasi," terang Eti ditemui di kediaman sanak familinya di kawasan Kelurahan Tanjung Mulia Hilir Medan Deli.

Kata Eti, setiap anaknya batuk maka tinja keluar dari dalam perut anaknya.

"Saya juga bingung ini cemana. Saya sudah tiga bulan numpang di rumah famili. Jadwal operasi yang ke tiga selalu tak tentu, terakhir dibilang jadwal operasi ketiga pas awal April 2018," kata Eti.

Selama menunggu kepastian jadwal operasi, sambung Eti, anaknya dianjurkan berobat jalan. Tapi sayang, selama rawat jalan itu tak pernah ada dokter EF menangani anaknya.

"Abang bayangin lah saya dari Tanjung Pinang ini ke RS Adam Malik berapa sudah jauhnya buat berobat jalan. Tapi dokter itu gak pernah ada. Anak saya cuma diperiksa perawat terus dikasih obat," terang Eti.

Singkat cerita, Eti diminta oleh dokter EF untuk datang ke tempat praktik dokter EF di Klinik Bunda Jl SM Raja Medan.

"Saya pikir mau dikasih tau jadwal operasi, rupanya saya diminta uang lima juta. Dokter itu bilang jangan kasih tau ke BPJS soal ini. Kalau udah ada uangnya kasihkan saja ke staf saya," kata Eti menirukan ucapan dokter EF.

Eti yang luntang-lantung semakin bingung memikirkan mendapatkan uang Rp5 juta. Bahkan dirinya teringat ucapan dokter itu yang menyebut kalau uangnya tak ada maka operasi tak dapat dilakukan.

"Saya bingung lah ini makanya saya ngadu ke abang," kata Eti.

Permintaan sejumlah uang kepada pasien KIS ini tentu saja menyalahi aturan. Apalagi permintaan itu dilakukan di luar RS Adam Malik tempat pasien berobat.

Terpisah, Direktur Medik RS Adam Malik, Mardianto saat dikonfirmasi selular mengaku akan menindaklanjutinya. "Ah mana mungkin itu, coba kirim data nama pasiennya biar saya konfirmasi terhadap dokter yang bersangkutan. Karena inikan hari libur," jawab Mardianto.

Dilayangkan data pasien melalui pesan whatsapp, Mardianto berjanji menindaklanjuti dan memberikan informasi keesokan harinya.

"Terima kasih, saya akan tindaklanjuti, terima kasih infonya," pungkas Mardianto.***