MEDAN - Ketersediaan fasilitas pendidikan merupakan impian setiap masyarakat. Makanya, pendidikan yang baik akan berdampak kepada pembangunan Provinsi Sumatera Utara ini semakin meningkat.  Untuk itu, calon Wakil Gubernur Sumut Musa Rajekshah ingin nantinya seluruh masyarakat Sumut bisa merasakan pendidikan yang setara. Baik di tingkat ibukota provinsi, hingga ke tingkat daerah seperti kabupaten/kota, kecamatan, hingga ke desa-desa. 

"Kunci dari pembangunan adalah dukungan dari Sumber Daya Manusia (SDM) yang mempuni. Maka harus ada pendidikan yang merata ke seluruh warga," kata Musa Rajekshah pada peringatan Hardiknas 2 Mei 2018 di Medan. 

Menurutnya, pembangunan harus dimulai dari SDM yang mumpuni. 

"Apapun yang mau kita bangun, jika SDM nya tidak siap, maka pembangunan tidak ada berjalan lancar," ujar pria yang akrab disapa Ijeck itu.  

Namun, permasalahan yang ada hingga kini, pihak sekolah swasta belum terlalu merasakan hadirnya pemerintah.  

Seperti yang diungkapkan oleh seorang pengajar di sekolah swasta Idawati Sirait, yang mengatakan hingga kini bantuan dari pemerintah belum terlalu dirasakan oleh sekolah swasta. Momen pertemuannya dengan Ijeck, digunakannya untuk bertanya perihal program Ijeck untuk sekolah swasta.  

"Apa program Bapak untuk pendidikan di Sumatera Utara, terutama sekolah swasta, karena sampai saat ini bantuan dirasa lebih banyak ke sekolah yang negeri," ucapnya kepada Ijeck.  

Menanggapi hal tersebut Ijeck mengatakan, bantuan untuk fasilitas pendidikan merupakan salah satu tanggung jawab pemerintah. Dan yang diutamakan memang fasilitas pendidikan yang langsung dikelola oleh pemerintah, yaitu sekolah-sekolah negeri. Namun, tak berarti meninggalkan sekolah yang berlabel swasta.  

Ia mengungkapkan, sekolah swasta tentunya memiliki aturan untuk dibantu. Karena tentunya memiliki aturan yang berbeda dengan sekolah negeri. Untuk itu, dalam memberikan bantuan, nantinya pemerintah akan bekerjasama dengan pihak-pihak terkait, seperti legislatif.  

"Nantinya pemerintah akan bekerja sama dengan DPR untuk mengesahkan anggaran yang akan diturunkan ke sekolah swasta. Selain itu, sekolah yang akan dibantu, nantinya akan dinilai, apakah memang sudah layak atau belum," ucapnya.  

Hal tersebut dikarenakan, ingin melihat bantuan yang diberikan tepat sasaran atau tidak. Dan ia tidak ingin pemberian bantuan hanya berdasarkan proposal semata. Dan tentu saja, menghindari kemungkinan-kemungkinan terjadi kecurangan saat penyaluran dana bantuan.  

Persoalan penting lain menurut Ijeck adalah soal kesejahteraan guru terutama guru swasta dan yang berada di pelosok-pelosok.  

“Banyak yang ingin pindah ke tempat lain atau ke kota karena perhatian terhadap mereka kurang. Ini perlu keberpihakan anggaran yang kuat dan tepat di APBD,” tambah Ijeck.  

Kata Ijeck, guru swasta, baik guru tetap yayasan dan honorer, sering dilupakan.  

“Pengangkatan guru honorer menjadi PNS tentu kewenangan pusat, tapi sebelum diangkat, itu menjadi perhatian utama dan tanggung jawab kita. Menurut konstitusi, pemerintahlah yang seharusnya menyediakan pendidikan bagi rakyat tapi ini ada swasta yang telah membantu tugas pemerintah itu, jadi masak kita tidak memerhatikan mereka?,” terang Ijeck.  

Karena itu, alokasi keberpihakan anggaran pendidikan yang 20% itu harus tepat.  

"Sekolah swasta mesti dibantu agar masyarakat juga mendaftar ke sana. Guru-gurunya mesti dinaikkan kesejahteraannya. Ini prioritas anggaran kita,” tegasnya. *