MADINA - Calon Gubernur dan wakil Gubernur Edy Rahmayadi dan Musa Rajekhshah (Eramas)  dinilai sebagai figur yang tepat untuk memimpin Provinsi Sumut yang kaya akan potensi alam, adat istiadat dan budaya. Selain memiliki tekad dan niat tulus untuk membangun Sumut, kedua tokoh ini dinilai saling melengkapi sebagai pasangan yang bisa membawa perubahan Sumut ke arah lebih baik di masa-masa mendatang. Tak kalah pentingnya, Edy dan Ijeck dikenal dekat dengan para ulama dan mencintai Masjid.

"Saya melihat dengan hati nurani kalau Pak Edy dan Pak Ijeck adalah tokoh yang dekat dan ulama dan pesantren. Dan para ulama dan tokoh-tokoh agama ini pun mendukung keduanya (Eramas)."

"Kalau ulama saja mendukung, apalagi kita. Siapa lagi yang kita teladani kalau bukan ulama. Jadi mari kita umat islam bersatu. Pemimpin yang mencintai Masjid dan ulama harus kita dukung," ujar ulama dan tokoh masyarakat Ahmad Nurdin saat silaturahmi dan Tabligh Akbar dengan ribuan masyarakat di Lapangan Kota Natal, Madina, Minggu (29/04/2018).

Guru di Ponpes Musthafawiyah Purba Baru ini pun menegaskan bahwa kedekatan dan kepedulian Edy Rahmayadi dan Musa Rajekshah kepada ulama, pesantren dan masjid sudah dilakukan sejak lama, jauh sebelum keduanya berniat maju sebagai Cagub dan cawagub.

Ahmad Nurdin pun mengaku prihatin karena peredaran narkoba semakin merajalela. Termasuk juga Madina yang kini dikenal sebagai penghasil ganja terbesar untuk Provinsi Sumut.

"Sumut ini juga memerlukan pemimpin yang tegas untuk menyelesaikan persoalan yang ada di Sumut. Termasuk ancaman narkoba, kita yakin kalau pak Edy Gubernurnya persoalan narkoba ini akan dapat ditekan dan generasi muda kita bisa terselamatkan," tegasnya.

Tokoh agama sekaligus Ketua MUI Madina KH Mahmudin Pasaribu mengingatkan agar umat Islam yang telah memiliki hak pilihnya untuk datang ke Tempat Pemungutan Suara (TPS) pada Pilgubsu 27 Juni 2018 mendatang. Masyarakat muslim diharapkan bijak dalam menentukan pemimpin yang sesuai dengan ketentuan agama islam.

"Agama Islam menganjurkan, kalau kita bimbang menentukan pilihan di antara dua pilihan yang baik, maka kita sholat istiqorah. Tapi, untuk memilih di antara dua piring ada makanan, kentang sama ayam dan kentang sama kucing, itu kita tidak perlu istikharah karena sudah jelas mana yang harus dipilih. Bicara soal kepemimpinan sudah jelas diatur dalam Islam," ujarnya.

Senada, Ustad Abdul Latif Khan menyampaikan, Islam merupakan Rahmatan Lil Alamin, Rahmat Bagi Seluruh Alam Semesta. Oleh karenanya, dirinya sangat menyesalkan adanya upaya yang ingin memecah belah umat dengan memandang Islam sebagai agama yang keras bagi umat diluar Islam.

"Saat ini ada toksin yang coba dimasukan ke kepala rakyat ini kalau kegiatan umat Islam belakangan ini anti kebhinekaanlah, anti perdamaianlah. Sehingga ada muncul istilah Islam Nusantara. Muncul orang-orang yang mengaku ustad, ulama yang katanya pro kebhinekaan. Islam itu rahmat bagi sekalian alam. Orang alim yang membiarkan kucingnya di rumah mati kelaparan nabi sudah menegaskan kalau orang itu masuk neraka. Muslim itu keyakinan kepada Allah dan bisa dirasakan manfaatnya untuk orang banyak," tegas Lathif Khan.

Dikatakan Lathif Khan bahwa sudah selayaknya umat Islam bersatu padu untuk mewujudkan Provinsi Sumut yang bermartabat. Apalagi saat ini telah ada calon pemimpin yang tidak hanya dengan dengan ulama dan Masjid, namun telah memiliki komitmen yang tinggi untuk membangun Sumut.

"Saya liat Pak Edy dan Pak Ijeck adalah orang yang rela meninggalkan kesenangan yang mereka miliki selama ini karena ingin membangun Sumut. Saya berbincang dengan Pak Edy saya melihat ada "api", semangat yang seperti dimiliki Pak Soekarno. Ini tugas para ulama kita untuk bisa menjadikan api itu sebagai penerang dan semangat untuk membangun Sumut ini. Apalagi tadi saat dari Sibolga menuju Natal ini kita lihat masih banyak potensi yang belum tergali," pungkasnya.