MEDAN - Gordang Sembilan ditabuh, Calon Gubernur Sumut Edy Rahmayadi Nasution yang hadir lebih awal di Aula Gedung Madina Asrama Haji Medan terlihat sangat menikmatinya.  Dari tempat duduknya, sesekali kepalanya bergerak mengikuti alunan Gordang sembilan dan seruling yang dimainkan secara apik oleh para pemusik.

Kehadiran Edy Rahmayadi Nasution dan istri Nawal Lubis di penutupan acara Konfrensi Daerah (Konferda) VI Himpunan Keluarga Besar Mandailing (HIKMA) memang telah dinanti-nanti. 

Selain merupakan bagian dari keluarga besar Mandailing, peserta Konferda HIKMA juga ingin mengenal lebih dekat dengan calon pemimpin yang akan membawa Provinsi Sumut Bermartabat. 

Sejumlah pujian dan harapan pun keluar dari mulut para tokoh HIKMA yang hadir malam itu. Seperti halnya Ketua Panitia Pengarah Konferda VI HIKMA, Ahmad Parlindungan Batubara. 

Meskipun mengakui bahwa dalam Konferda tidak secara khusus melahirkan kesepakatan terkait sikap HIKMA terhadap dukungan kepada salah satu calon namun dirinya berkeyakinan ia dan bersama warga Mandailing lain menginginkan pemimpin yang bermartabat Sumut mewujudkan Eramas. 

"Seperti saya meskipun saya hijau, tapi hati saya tetap nomor satu.

"Tapi kita ingin meminimalisir adanya gesekan karena di dalam HIKMA ini ada berbagai partai. Tapi kita sadar hampir semua Kabupaten Kota menginginkan nomor satu.  Apalagi Ketua terpilih adalah Ketua Tim Pemenangan Eramas," ujar Ahmad Parlindungan Batubara.

Ditegaskan Parlindungan, selain alasan Edy Rahmayadi Nasution dan istri Nawal Lubis bagian dari masyarakat Mandailing,  alasan lainnya bahwa Mandailing adalah identik dengan Islam. Dan Mandailing tidak akan ingkar dengan Al-Quran. 

"Untuk itu saya berpesan jangan tidak datang ke TPS nanti tanggal 27 Juni. Setelah datang ke TPS, pertama pilih satu, kedua pulang," ujar Parlindungan disambut tepuk tangan masyarakat yang hadir. 

Ketua Umum HIKMA Sumut terpilih Aswin Parinduri menegaskan bahwa masyarakat Mandailing memegang teguh pepatah atau ungkapan "somba ma mora, molong namarak boru manat markahanggi.

"Alhamdulillah akibat kecintaan beliau kepada Mandailing walau di tengah kesibukan Pak Edy menyempatkan hadir bersama kita. Orang Mandailing memegang pepatah, Mora kita hormati dan boru kita sayangi," jelasnya. 

"Artinya kita orang Mandailing sangat menyayangi boru kita Pak Edy Rahmayadi. Bagaimanapun harus kita dukung. Mudah-mudahan dengan doa dan dukungan orang Mandailing Pak Edy bisa menjadi Gubernur Sumut," ujar Aswin Parinduri. 

Dukungan yang sama juga dilontarkan Pembina Dewan Penasehat HIKMA Afifuddin Lubis. 

Bahkan secara tegas Afifuddin meminta agar masyarakat Mandailing tidak ragu untuk memilih pasangan calon Gubernur dan wakil Gubernur Edy Rahmayadi-Musa Rajekshah pada Pilgubsu 27 Juni 2018 mendatang. 

Dalam kesempatan tersebut Afifuddin tidak hanya memberikan alasan bahwa Edy Rahmayadi merupakan bagian dari keluarga besar Mandailing, tapi juga figur Edy Rahmayadi yang diyakininya mampu membuat Sumut Bermartabat. 

"Jangan ada keraguan. Pak Edy ini tegas untuk kebaikan. Tapi Pak Edy berhati lembut. Saya bisa pastikan itu. Di depan mata saya pak Edy yang mereka sebut kejam, tapi bisa menangis karena melihat anak yang tidak bisa sekolah," tuturnya. 

"Beliau sosok pemimpin tegas,  jujur namun berhati lembut. Yang terpenting beliau takut kepada Allah," ujarnya.  

Sementara itu, Dewan Penasehat HIKMA Sumut Ustad Amhar Nasution menilai bahwa sosok Edy Rahmayadi adalah sosok pemimpin yang bermarbat. 

Oleh karenanya, sejak jauh hari sebelum mencalonkan diri sebagai Calon Gubernur dirinya telah mendoakan Edy Rahmayadi menjadi Gubernur Sumut. 

"Di ceramah pertama saat Pak Edy masih berpangkat, saya bawa ke MAN 2 jauh sebelum Pak Edy belum berniat jadi Gubernur sudah saya doakan beliau jadi Gubernur. Karena saat ini kita butuh pemimpin yang takut kepada Allah, sayang kepada rakyat dan amanah dalam jabatan. Ini kalau dijumlahkan sama dengan Martabat. Dan saya melihat ada diri Pak Edy Rahmayadi, "pungkasnya. *