MEDAN - Wakil Ketua Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) Fadli Zon menjadi pembicara dalam kuliah umum di Universitas Islam Sumatera Utara (UISU), Jalan Sisingamangaraja Medan, Jumat (20/4/2018). Dengan tema "Peran Pemuda dan Mahasiswa Dalam Membangun Indonesia Melalui Pendidikan", di Gedung Auditorium UISU, Fadli banyak bercerita tentang sejarah pemuda menjadi tonggak perubahan Bangsa Indonesia.

"Sejak 1928 melalui ikrar Sumpah Pemuda, menjadi sejarah bahwa pemuda Indonesia mampu menyatukan banyak perbedaan, ideologi dan kesukuan. Di situ pulalah muncul tonggak Bhineka Tunggal Ika dan kita refleksikan bersama sampai sekarang," katanya dihadapan ratusan mahasiswa UISU.

Disetiap era dan masa bangsa ini, lanjut Fadli, peran pemuda tak dapat dikesampingkan. Justru menjadi tonggak persatuan dan perubahan sosial Bangsa Indonesia dengan segala dinamika didalamnya.

"Meskipun kita ketahui bahwa masyarakat Indonesia mayoritas Islam, namun dalam bingkai kebhinekaan kita mampu menjaga toleransi dan kebersamaan. Menurut saya, umat Islam Indonesia justru paling toleran se dunia," katanya.

Bahkan setelah 1978, kata politisi Gerindra, Mendikbud di era Presiden Soeharto mengeluarkan kebijakan Normalisasi Kehidupan Kampus/Badan Koordinasi Kemahasiswaan (NKK/BKK). Alhasil kesatuan aksi dan pergerakan mahasiswa saat itu mengalami kevakuman.

"Namun meski alami kevakuman sepanjang sampai 1980-an, lahir kelompok-kelompok studi dan tumbuh berkembangnya lembaga swadaya masyarakat (LSM). Juga terjadi perubahan pendekatan saat itu, dari aksi ke pendekatan sosial," terangnya.

Kuliah umum dipandu moderator yang juga dosen UISU, Marzuki Lubis. Turut hadir jajaran rektorat UISU, para dekanat, Ketua Umum IKA UISU Musa Rajekshah (Ijeck), dan Ketua Komisi VII DPR Gus Irawan Pasaribu. Di sisi lain, Fadli menerangkan, melihat peran sentral pemuda sebagai tongkak perubahan bangsa, pemuda juga harus mempunyai pemahaman politik mumpuni guna mewujudkan cita-cita para pemimpin terdahulu.

Ia turut mengajak agar mahasiswa UISU menjadi bagian dari sejarah perubahan Indonesia dari waktu ke waktu. Bahkan dikatakannya, untuk menentukan arah politik yang benar dan hakiki, mahasiswa dan pemuda harus merebut kekuasaan. Meski pergantian kekuasaan adalah sebuah keniscayaan, tetapi peran pemudalah yang harus menjemput keniscayaan itu.

"Dan mahasiswa UISU harus bisa mengambil peran itu. Jangan cuma jadi followers tapi leader. Leader tidak bisa ujug-ujug dan instan. Seorang leader instan tidak akan merasakan rasanya bertarung, berkeringat dan mengambil resiko. Bahkan di semua aspek hal itu harus kita rebut. Tujuannya, ketika kekuasaan itu kita rebut, kita mampu memanfaatkannya kearah lebih baik," katanya.

Ia pun berharap, ke depan UISU mampu melahirkan calon pemimpin Sumut dan Indonesia melalui keberanian merebut kekuasaan di segala aspek tersebut.

"Kebetulan di sini hadir Pak Musa Rajekshah, calon Wakil Gubernur Sumut yang juga alumni UISU. Sosok beliau bisa dijadikan contoh dan semoga dari UISU banyak lahir tokoh-tokoh Sumut dan bangsa seperti Musa Rajekshah. Mudah-mudahan juga Musa Rajekshah mendapat dukungan besar dari masyarakat Sumut," katanya. *