PADANG - Menghasilkan kopi dengan cita rasa khas dan nikmat memang membutuhkan sebuah proses menggiling yang baik. Menggiling bisa saja dilakukan manual namun bisa memanfaatkan mesin, tujuannya hanya satu untuk mendapatkan secangkir kopi yang sempurna. Namun, bagaimana pula dengan menggiling kopi menggunakan memakai alat penggiling yang memakai sensor aroma? Siang itu dosen dan mahasiswa Politeknik Negeri Padang (PNP) tengah sibuk dengan mengutak atik mesin penggiling kopi ciptaannya. Alat ini penggiling kopi ini bila dilihat sepintas memang sepeti mesin menggiling kopi biasanya. Cara kerjanya juga tidak ada yang berbeda dengan mesin penggiling lainnya.

Namun jangan salah, alat penggiling kopi buatan mahasiswa PNN ini dilengkapi dengan sensor aroma. Alat penggiling kopi yang memakai sensor aroma dan dapat menentukan jenis kopi dan kualitasnya.

''Alat ini sudah saya kerjakan satu tahun dan untuk sekarang ini saya sedang menunggu hasil untuk layak di produksi,'' ujar Dosen PNP, Roza Suanti, SST, M Kom kepada Haluan sebagaimana dikutip GoSumbar, kemarin.

Kelayakan produksi nantinya langsung dikeluarkan Menteri Riset Teknologi dan Pendidikan Tinggi (Menristekdikti). Dan alat ini sedang diusulkan untuk kegiatan Calon Perusahaan Pemula Berbasis Teknologi dan Perguruan Tinggi (CPPBT).

Ia mengatakan, alat ini berguna untuk pengilingan kopi dimana menggunakan sensor aroma untuk menentukan jenis kopi yang diolah dan kualitas dari hasil penggilingan. Monitoring kualitas menggunakan pemograman lab view sebagai intrumen virtual. ''Alat ini nantinya bisa memproduksi kopi sebanyak 20 kg selama satu jam,'' katanya.

Pembuatan alat ini melibatkan mahasiswa D4 da D3 elektronika tingkat akhir dan untuk perbandingan kualitas hasil berdasarkan uji laboratorium. ''Untuk desain sendiri melibatkan Aznir, S AP yang merupakan suami saya sendiri kelahiran Salimpaung dekat Tabek Patah yang tahu dengan produksi kopi dan pertanian kopi,'' ungkapnya.

Dalam pengerjaan alat ini, ia bekerja sama dengan rekannnya, Zas Ressy Aidha, ST MT serta mahasiswa D4 elektronika Trisno S Mizwar yang saat ini sudah di wisuda, Ridho Maysuri dan mahasiswa D3 Elektronika Pevi, Ramadhani yang sedang melakukan praktek kerja lapangan di Batam.

Nantinya, alat ini bisa dibeli oleh unit usaha atau perorangan. Dengan kisaran harga Rp8 - 10 juta apabila diproduksi secara massal nantinya. ''Semoga alat ini bisa diproduksi dengan kualitas hasil kontinyu baik dari warna, aroma, dan komposisi dengan menggunakan sensor. Dan diharapkan nantinya dapat bersaing di nasional dan internasional,'' ujarnya.

Lanjutnya, ia berharap dengan alat ini bisa membantu perekonomian rakyat, khususnya Minang dan rakyat Indonesia. ***