BIREUEN - Tak hanya Nyak Sandang, Warga Lamno, Aceh Jaya juga memiliki bukti obligasi terhadap Pemerintah Indonesia untuk pembelian pesawat Seulawah R-01 dan R-02. Warga Gampong Juli Tgk Dilampoh, Kecamatan Juli, Kabupaten Bireuen, Razali Berdan menyimpan surat tanda penerima pendaftaran pinjaman nasional milik orangtuanya. ''Surat obligasi Pemerintah Indonesia masih saya simpan, karena saat ayah masih hidup, ia meminta saya agar tidak membuangnya. Surat ini merupakan tanda penerima pendaftaran pinjaman nasional pemerintah," sebut Razali kepada GoAceh, Jumat (23/3/2018) meniru ucapan almarhum ayahnya semasa hidup.

Menurut Razali, ayahnya meninggal dunia sekitar tahun 2006 lalu, sehingga surat hutang ini masih tetap disimpannya dengan baik.

Agar terhindar dari rusak dan lapuk dimakan rayap, surat yang mulai buram, namun masih terlihat dan tertera tanggal, 28-8-1950 itupun dipress, dan simpan dengan baik di rumah.

Dulu, tambah Razali, ia sempat membaca sebuah artikel berita janji Yusuf Kalla saat kampanye perdana Pasangan Jokowi-JK di Tijue, Sigli pada 5 Juni 2014 lalu, tentang piutang negara terhadap warga Aceh yang belum terbayar, termasuk utang pembelian pesawat Seulawah R-01 dan R-02.

''Dulu ayah saya menceritakan tentang perjanjian surat tersebut kepada saya, kalau dirinya ikut memberikan pinjaman uang sebesar Rp 200 (dua ratus rupiah)," terang Razali didampingi Sekdes Juli Tgk Dilampoh, Iwan Rahadian.

Dirinya juga berharap hutang tersebut dapat dibayar, apa lagi dikuatkan dengan pernyataan saat Yusuf Kalla kampanye politiknya di Sigli.

Disamping itu, berita tentang Nyak Sandang yang diundang Presiden Jokowi ke Istana, di Jakarta yang juga seorang penyumbang dan pembelian pesawat pertama RI dengan memperlihatkan bukti surat seperti yang dimilikinya. 

Namun surat Nyak Sandang, kata Razali masih ditulis tangan, sementara surat milik almarhum ayahnya ini sudah diketik.

Menyahuti hal itu, warga Juli Tgk Dilampoh, Bireuen juga berharap, jika pinjaman nasional tahun 1946 yang diberikan bapaknya juga dapat dibayar oleh negara.

''Dulu pinjaman dari ayah saya sebesar Rp200, dan diserahkan secara sukarela, saat beliau masih berusia 33 tahun. Dana itu diperoleh dengan menjual sapi untuk modal membeli pesawat terbang Seulawah R-001 serta Seulawah R-002, dan ini merupakan cikal bakal pesawat Garuda Indonesia sekarang,'' sebutnya.

Selain ayahnya yang juga veteran itu, hampir semua warga Juli Tgk Dilampoh Bireuen ikut menyumbang dan memberikan pinjaman uang, tak kecuali harus merelakan menjual kerbaunya dengan harga kala itu Rp1000.

''Sebagai ahli waris, tentu kami meminta pemerintah dapat membayar pinjaman atau hutang tersebut, atau perhatian dari pemerintah kepada keluarga kami yang pernah menyerahkan pinjaman uang untuk negara, sehingga dapat dibelikan pesawat sebelum merdeka,'' sebut anak pertama almarhum Berdan Walad  dan Ti Zalikha ini. ***