JAKARTA – Ambisi Muhaimin Iskandar (Cak Imin) dan Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) menjadi cawapres di Pilpres 2019, dianggap hal yang wajar dan masuk akal. Namun jika keduanya berharap menjadi cawapres Joko Widodo, menurut pengamat politik Pangi Syarwi Chaniago, adalah ambisi omong kosong.

Pasalnya kata dia, Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDI-P) sebagai parpol pengusung Jokowi, tentunya tak akan menerima keduanya.

Hal ini ia ungkapkan saat menjadi narasumber diskusi dialekta demokrasi Koordinatoriat Wartawan Parlement, Kamis (22/3/2018) di Gedung Nusantara III DPR RI.

"Pilpres 2019, itu bukan hanya pertarungan 5 tahun. Tapi juga merupakan pertarungan mempertahankan kekuasaan hingga 10 tahun bahkan 20 tahun mendatang. Jika Cak Imin misalnya, sekarang berambisi jadi wapres, tentu harapannya adalah 5 tahun setelahnya dia yang akan maju menjadi capres, begitu juga dengan AHY. Tentu PDI-P sudah membaca dan sudah tahu sekenario ini. Apakah PDI-P rela kekuasaannya diambil alih? Menurut saya tidak akan," ujarnya.

Maka kata Pangi, sebaiknya AHY dan Cak Imin tak usah bermimpi di siang bolong untuk menjadi cawapres Jokowi. "Intinya, menurut saya lebih baik keduanya mencari alternatif capres lain. Kan bisa ke Prabowo ataupun ke Poros ketiga. Tepatnya jangan hanya jadi pendamping penguasa, tapi jadilah penantang penguasa," tegasnya.

Apalagi kata dia, Joko Widodo disebut-sebut telah mengantongi lima nama bakal calon wakil presiden (bacawapres) yang akan mendampinginya di pemilihan presiden 2019 mendatang. Meskipun kata dia, hingga saat ini belum diungkap ke publik, siapa saja nama-nama dimaksud.

Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDI-P) kata dia, diprediksdi akan memilih kader sendiri sebagai calon pendamping Jokowi pada pilpres 2019 nanti. Atau besar kemungkinan dari kalangan non parpol seperti prefesional dan akademisi. Secara otomatis, Ketua Umum PKB, Muhaimin Iskandar, Ketua PAN Zulkifli Hasan dan Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) dari partai Demokrat bakal tersingkirkan.

"Diprediksi PDIP justru akan mengambil kader sendiri untuk disandingkan dengan Jokowi pada pilpres 2019 nanti, ini demi sebuah ambisi untuk mempertahankan kekuasaan itu, " ungkap Pangi Syarwi Chaniago.

Karena kata Direktur Ekskutif Voxpol Center itu, apabila PDIP memilih cawapres dari partai politik seperti Zulkifli Hasan, Muhaimin Iskandar alias Cak Imin dan AHY, tentu akan merugikan PDIP sendiri pada periode mendatang. 

"Karena setelah Jokowi selesai pada periode 2024 nanti justru sosok cawapresnya yang akan bersinar. PDIP akan tenggelam. Nah kemungkinan besar prediksi saya, mereka akan mengusung cawapres dari kader sendiri atau dari kalangan non parpol dan professional yang komit kepada PDIP," paparnya.

Poros Penantang Joko Widodo

Sementara itu, Pangi juga mengungkapkan, penantang Jokowi pada Pilpres 2019, Capres dan Cawapres yang diusung koalisi poros ketiga akan menjadi alternatif dan berpeluang mendulang suara di Pilpres 2019.

Koalisi poros ketiga adalah di luar poros pertama Joko Widodo, dan poros kedua di kubu Prabowo Subianto.

Sebenarnya kata Pangi lagi, kontestasi elektoral akan berjalan dinamis dan kompetitif jika poros ketiga ini terbentuk. Dimana poros ketiga dengan calon alternatif punya kans bisa mendulang elektoral dan mengambil ceruk segmen capres lainnya.

Poros ketiga kata dia, bisa mengajukan nama politisi muda Demokrat Agus Harimurti Yudhoyono (AHY), Ketum PKB Muhaimin Iskandar atau Ketum PAN Zulkifli Hasan.

"Namun kalau Demokrat merapat ke Jokowi seperti sinyal yang didengungkan Ketua Umum Demokrat SBY yang akan mendukung Jokowi, misalnya dengan syarat AHY jadi cawapres, maka poros ketiga bubar di tengah jalan," ujarnya.

"Begitu juga kata dia, jika Cak Imin ke poros Prabowo, poros ketiga juga bakal bubar gerak," ujar Ipang sapaan akrab Direktur Eksekutif Voxpol Center ini.

Jika Presiden Joko Widodo sudah resmi diusung oleh koalisi lima parpol. Yaitu, PDIP, Partai Golkar, PPP, Partai Nasdem dan Partai Hanura, dan kubu Prabowo, Gerindra berkoalisi dengan PKS, peluang poros ketiga bisa terus berjalan, jika Demokrat, PAN dan PKB istikomah berkoalisi. "Beberapa waktu lalu kan mereka sudah bertemu dan menyatukan visi misi mereka, intinya kita tunggu saja apa bisa bertahan atau tidak," bebernya.***