MEDAN- Komisi VII anggota DPR-RI menemukan penurunan lifting (produksi) minyak yang selama ini cukup baik namun kemudian merosot drastis. Seperti yang terjadi di Bumi Siak Pusako, Siak, Riau.

Hal itu disampaikan Ketua Komisi VII DPR RI Gus Irawan Pasaribu di Medan, Kamis (15/3), usai berkunjung dari Riau. ''Kami mengunjungi salah satu lokasi produksi minyak di Bumi Siak Pusako. Ternyata ada penurunan drastis,'' tuturnya.

''Ini jadi perhatian kita karena terus menurun. Padahal sangat berbanding terbalik dengan banyaknya potensi sumber daya yang masih bisa untuk ditelusuri lebih jauh,'' kata Gus.

Hal tersebut juga mengemuka dalam pertemuan dengan Dirjen Migas Kementerian ESDM RI, Kementerian LHK RI, Direktur Hulu Energi PT  Pertamina (Persero), Dirut PT  Pertamina Hulu Energi, Kepala SKK Migas, Dinas ESDM Prov. Riau beserta jajarannya di Kantor Badan Operasi Bersama (BOB) PT  Bumi Siak Pusako – Pertamina Hulu Energi Riau.

Menurut Gus Irawan yang juga wakil ketua Fraksi Gerindra di DPR-RI jika dilihat  potensinya sangat besar. ''Tapi realitasnya, ternyata setiap tahun lifting-nya turun setelah pengambilalihan perusahaan ini dari pihak asing. Berarti ada sesuatu yang tidak beres,'' tuturnya.

Dia menyampaikan, turunnya lifting migas tersebut seharusnya tidak dikaitkan dengan harga minyak dunia yang sedang turun, serta tidak adanya investasi yang masuk untuk menemukan sumber sumur migas baru.

''Jangan-jangan ini strategi dari mereka karena mau berakhir masa kontraknya. Ini potensinya sangat besar. Seharusnya ada upaya konkrit bagaimana agar potensi wilayah galian sumber sumur migas ini memungkinkan untuk dikelola dengan baik,'' tambahnya.

Gus Irawan juga mengingatkan pentingnya sinergi antara Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (LHK) dengan Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), dikarenakan lokasi sumber daya sumur migas terdapat di taman margasatwa.

Dia mengatakan Kementerian LHK harus memberikan kemudahan terkait dengan persoalan yang dihadapi PT  Bumi Siak Pusako ini, dalam mengelola sumber daya migas. Jangan sampai justru dipersulit karena wilayah yang masuk ke dalam taman margasatwa itu.

Komisi VII, menurutnya, berharap ada solusi dari kedua belah pihak agar peluang dilakukannya pengeboran dan eksplorasi sumber daya migas terus meningkat, sehingga bisa menambah pendapatan milik negara, begitu juga dengan pendapatan asli daerah (PAD) setempat.

Menurut Gus Irawan, menurunnya lifting migas di berbagai wilayah pengeboran memang sering terjadi. ''Padahal harusnya kita tetap berupaya menjaga agar produksi minyak tidak terus turun. Termasuk misalnya menjalin kerjasama dengan negara-negara lain. Kerjasama ini dalam strategi penambahan produksi. Atau transaksi dagang yang membantu kecukupan pasok energi dalam negeri,'' ungkapnya. ***