JAKARTA - Presiden Joko Widodo menegaskan jangan beri ampun terhadap pengedar narkoba. Terlebih saat ini, Indonesia sedang berada dalam posisi darurat narkoba. Namun, pernyataan tersebut dinilai didukung oleh kementerian terkait.

Mantan kepala Badan Narkotika Nasional (BNN) Budi Waseso (Buwas) mengatakan, pemerintah belum serius menangani kasus narkoba.

Dia mencontohkan belum ada program-program yang dibawahi berbagai kementerian untuk melawan narkoba. Semangat antinarkoba juga tak masuk di kurikulum di sekolah-sekolah.

"Sampai hari ini Indonesia tuh karena belum ada ketegasan, lips service aja. Tapi dibilang perang, pembantu-pembantu presiden juga acuh, ini masalah bangsa dan negara, bukan BNN, polisi polisi doang," katanya di DPP PAN, Jakarta Selatan, Rabu (14/3).

Dia menjelaskan, Indonesia termasuk pangsa pasar terbaik narkoba di dunia. Indonesia juga, lanjutnya, juga menjadi laboratorium percobaan untuk kartel-kartel narkoba.

"40% dari pasar dunia. Jadi percobaan, nih kurang ini kurang ini," katanya sambil mencontohkan.

Selain jadi pangsa pasar dan lab percobaan, Buwas menuturkan, persoalan narkoba sudah benar-benar gawat. 43-45 orang, sebut dia, telah meninggal setiap harinya akibat narkoba.

Buwas pun bercerita bagaimana daruratnya persoalan narkoba di Indonesia. Kekuatan jaringan narkoba, bukan hanya di kota-kota besar, namun narkoba juga sudah masuk ke berbagai pelosok daerah di Indonesia. Dari segi umur, jaringan narkoba bukan hanya menyasar ke orang dewasa. Mereka pun menargetkan anak-anak TK menjadi sasarannya.

Para bocah itu, ungkap dia, tidak mengerti ketika mereka sedang diracuni narkoba, yang telah disisipkan lewat warung-warung di sekitarnya. "Beli teh ditaruh di plastik, dikasih ekstasi dalam jumlah kecil, besok-besok ketagihan, gak beli di warung lain, tapi di warung itu, dia addict, ini fakta bukan main-main," ungkap Buwas.

Menurut mantan Kabareskrim Polri ini, seharusnya pengedar dan bandar narkoba ditembak. Semua pihak yang terlibat narkoba harus ditindak, termasuk jika oknum anggota BNN, TNI, dan Polri terlibat. "Dibedil aja, selesai. (Karena) itu pengkhianatan (ke) negara itu, (kalau ada) anggota TNI, Polri, BNN (yang terlibat), tembak," tegasnya.***