Medan - Rumah Sakit Universitas Sumatera Utara diwacanakan menjadi pusat pelatihan fisikawan medis di wilayah barat. Hal itu sejalan dengan rencana penambahan alat QC RDI dari IAEA (International Anatomic Energy Agency).

Hal itu terungkap dalam pertemuan antara USU-RS USU dengan National Project Coordinator (NPC) dari IAEA di Aula Rapat Direksi RS USU.

Hadir dalam kesempatan itu Sekretaris Universitas USU Dr. dr. Farhat, M.Ked.(O.R.L-H.N.S), Sp.T.H.T-K.L.(K.), jajaran Direksi RS USU yakni Direktur Utama, Dr. dr.Syah Mirsya Warli,Sp.U(K), Direktur Bidang Pelayanan Medik dan Keperawatan dr Riyadh Ikhsan, M.Ked (DV), Sp.KK, Direktur Diklat, Penelitian dan Kerjasama dr Sake Juli Martina, Sp.FK dan Direktur Bidang Sarana dan Prasarana Dr Achmad Delianur Nasution. Hadir juga Kepala Instalasi Radiologi RS USU dr Elvita Rahmi Daulay, MKed (Rad), Sp. Rad (K) .

Sementara tamu yang hadir Supriyanto Ardjo Pawiro, PhD sebagai National Project Coordinator (NPC) dari IAEA (International Anatomic Energy Agency) dan Lukmanda Evan Lubis, SSi., MSi, sebagai staf Fisika Medis (UI). Kedatangan kedua tamu itu antara lain terkait rencana penambahan alat QC RDI dari IAEA ke RS USU dan menjadikan RS USU pusat pelatihan fisikawan medis di Indonesia bagian barat.

Direktur Utama RS USU Dr. dr.Syah Mirsya Warli,Sp.U(K) menyampaikan apresiasi dengan kehadiran kedua tamunya. ‘’Kami sebagai rumah sakit pendidikan mengedepankan kemajuan teknologi khususnya bidang penelitian dan pendidikan,’’ terangnya.

Diungkapkan Dirut, sebelumnya RS USU meraih peringkat kedua penghargaan Si-INTAN. Penghargaan Si-INTAN merupakan penghargaan yang dianugerahkan oleh Badan Pengawas Tenaga Nuklir (BAPETEN). BAPETEN telah menyediakan sebuah aplikasi untuk program database data dosis radiasi pasien radiologi yang dikenal dengan sebutan Sistem Informasi Data Dosis Pasien (Si-INTAN)

Aplikasi Si-INTAN dapat dimanfaatkan secara independen dan mandiri oleh pemegang izin sebagai sarana untuk melakukan pencatatan, perekaman, dan pengelolaan data dosis pasien sebagai bagian dari upaya optimimasi proteksi dan keselamatan pasien radiologi.

‘’Kita divisitasi apakah layak untuk penempatan alat quality control,kami akan siapkan perlengkapan yang dibutuhkan. Saya berharap hal itu membawa dampak positif untuk USU dan RS USU,’’ terangnya.

Supriyanto Ardjo Pawiro, PhD sebagai National Project Coordinator (NPC) dari IAEA (International Anatomic Energy Agency) dalam paparannya antara lain menyampaikan jika alat itu nantinya akan digunakan untuk mengontrol dosis radiasi yang nantinya akan digunakan sebagai proteksi radiasi sesuai sesuai standard IAEA.

Menurut Supriyanto, pihaknya tertarik menawarkan kerjasama dengan USU dan RS USU yang nantinya akan dikembangkan menjadikan USU sebagai TC Fisika Medis wilayah barat. Menurutnya, ada peranan fisikawan medis di Indonesia dan saat ini dibutuhkan 1.500 tenaga fisikawan medis. Sementara tenaga yang tersedia baru 250 orang dari anggota Fisikawan Medis yang terdaftar resmi yakni 450 orang.

Usai melaksanakan pertemuan, rombongan melanjutkan diskusi dengan Rektor USU di Biro Rektor.

Rombongan diterima langsung Rektor USU Prof DR Runtung Sitepu, SH.MHum dan Dekan Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Dr. Kerista Sebayang, M.S. Pada kesempatan itu Rektor USU mengapresiasi dan mendukung kerjasama dimaksud yang nantinya akan menjadikan USU sebagai barometer pendidikan di wilayah Barat