MEDAN - Larangan memakai cadar bagi mahasiswi Universitas Islam Negeri (UIN) Sunan Kalijaga dinilai sudah tepat.

Menurut sosiolog hukum Islam UIN Sumatera Utara, Ansari Yamamah, harus ada pemisahan antara penggunaan jilbab sebagai sebuah doktrin agama dengan penggunaan cadar sebagai sebuah kultur masyarakat Arab.

Ansari mengatakan, penggunaan jilbab adalah doktrin yang harus dilakukan secara universal, sedangkan cadar adalah kultur masyarakat Arab yang sifatnya lokalistik.

"Di Islam ini ada yang sifatnya doktrin idiologi itu sifatnya universal dan ada yang kultur yang bersifat lokalistik. Menutup aurat itu adalah doktrin yang harus berlaku secara universal, sedangkan berpakaian itu sifatnya lokalistik" tutur Ansari .

Lebih lanjut Ansari juga menegaskan Islam adalah agama sebagai rahmat bagi seluruh alam. Kondisi hari ini di Indonesia muslimah yang menggunakan jilbab memberi kenyamanan bagi masyarakat sekitar, tetapi berbeda dengan yang menggunakan cadar biasanya mendapat perhatian yang berbeda dari masyarakat.

Ansari menambahkan, wanita-wanita yang menggunakan cadar biasanya bersifat eksklusif atau tidak berbaur dengan kelompok kelompok yang lain.

"Perhatikanlah perempuan bercadar, biasanya bergaul dengan sesamanya. Pertama ini akan menjadi pengkotak-kotakan dan ini juga bisa mengganggu proses belajar-mengajar. Sebagai seorang dosen, di saat proses belajar-mengajar kita kan tidak tahu yang menggunakan cadar ini masih tetap orang yang sama," imbuhnya.

Terakhir, Ansari menegaskan dukungannya terhadap kebijakan yang dikeluarkan Rektor UIN Sunan Kalijaga tentang wanita tidak boleh menggunakan cadar di dalam kampus. Menurutnya, yang lebih penting dilakukan mahasiswa islam adalah mengejar kemampuan-kemampuan sains dan teknologi.