MEDAN- Kepala Kantor Perwakilan Bank Indonesia (BI) Sumut Arief Budi Santoso mengatakan, fluktuasi harga cabai merah yang kerap terjadi membuat komoditas ini sering memberi andil inflasi.
 

Terutama di Sumatera Utara (Sumut) cabai merah kerap menjadi faktor pendorong utama inflasi.
 
"Untuk itu, salah satu upaya yang bisa dilakukan untuk menekan inflasi adalah hilirisasi cabai merah," katanya di Medan.
 
Diungkapkannya, hilirisasi ini dilakukan agar disparitas harga cabai saat musim panen dan musim tanam tidak terlalu lebar. Pada saat panen, harga cabai turun signifikan, sementara pada musim tanam, harga melonjak tinggi. Kondisi ini tak baik untuk pengendalian inflasi.
 
Untuk itu, dalam program hilirisasi yang mulai dilakukan, cabai merah hasil panen petani ditampung dan diolah menjadi cabai kering atau cabai kering giling. Dengan hilirisasi itu, produk cabai akan bertahan lebih lama dan menjadi alternatif masyarakat saat harga cabai melonjak.
 
Begitupun, upaya ini bukan tanpa kendala. Pemerintah, melalui TPID perlu mengedukasi masyarakat agar mau mengkonsumsi cabai kering atau cabai kering giling. "Orang Medan kan susah mau makan cabai kering. Padahal rasanya sama," ungkapnya.
 
Selain hilirisasi, upaya yang dilakukan untuk menekan inflasi cabai merah adalah memastikan data kebutuhan, data areal tanam, masa tanam dan pembagian lokasi tanam cabai merah. Dengan begitu, TPID memiliki landasan yang kuat untuk menentukan langkah-langkah pengemdalian.
  
Kerja sama antar daerah juga akan lebih dicermati dan dioptimalkan untuk menjaga stok cabai merah di pasaran.