MEDAN - Tim medis kembali berhasil mengeluarkan cacing pita (Taeniasis) sepanjang 2,17 meter dari seorang pasien wanita asal Medan. Bahkan, wanita berusia 24 tahun yang minta identitasnya dirahasiakan ini mengalami keluhan ini sejak kelas 5 SD atau sekitar berusia 11 tahun. Penemuan ini kali ketiga didapatkan untuk Kota Medan yang sebelumnya pernah ditemukan dan juga berhasil mengeluarkan cacing pita dari penderitanya di 2014 lalu. 

Sebagaimana yang disampaikan DR dr Umar Zein, DTM&H, kepada wartawan Minggu (25/02) membenarkan seorang pasien wanita warga Medan yang mengalami infeksi cacing pita datang ke klinik Tropic dan Infeksi miliknya untuk konsultasi dan pengobatan.

"Kalau dihitung dengan proglotid-nya (baca: potongan-potongan cacing pita), panjangnya bisa mencapai lebih dari tiga meter," terang Umar.

Umar Zein menyebutkan pasien mengaku sejak kecil hingga ia berumur 24 tahun sekarang ini telah menderita infeksi, setiap buang air besar selalu bercampur dengan potongan cacing pita tersebut.

Benar saja, setelah pasien meminum obat Praziquantel dari Vietnam ini tak berselang beberapa lama keluar bersama kotorannya ditemukan cacing pita yang panjangnya setelah diukur 2,17 meter.

Atas penemuan ini, Umar Zein yang juga Ketua Tim Peneliti FK UISU ini menyebutkan kasus infeksi usus dikarenakan kebiasaan mengkomsumsi daging mentah atau setengah dimasak baik itu pada daging sapi maupun babi.Sebab bila memasaknya sempurna maka larva penyebab cacing pita akan mati.

Ia juga menyebutkan ini ada temuan keempatnya, penemuan pertama dan kedua di Medan pada 2014, disusul temuan yang ketiga di 2017, paling banyak di Kabupaten Simalungun, Sumatra Utara. 

Ini bermula adanya keluhan pasien yang datang berobat, yang kemudian ditelusuri ke daerah asalnya di Kabupaten Simalungun, ternyata ada beberapa warga yang juga mengalaminya.

Dari hasil penelusuran untuk Kabupaten Simalungun ada 171 kasus yang mengalami infeksi usus atau penderita cacing pita ini. Tak hanya sampai disitu, Umar Zein menuturkan ia dan tim FK UISU berhasil mengobati dan mengeluarkan cacing pita dari tubuh salah seorang pasien yang panjangnya mencapai 10 meter lebih saat itu.

Atas penemuan ini, Mantan Kepala Dinas Kesehatan Kota Medan, Umar Zein berharap agar pemerintah kabupaten/kota maupun Provinsi Sumatra Utara agar segera melakukan tindakan terutama dalam pengadaan obat-obatan.

Menurutnya, dalam pengadaan obat-obatan tidak sama dengan pengobatan bagi penderita cacing tanah, seperti kremi, tambang dan gelang yang bisa dibeli pada apotik sedangkan cacing pita sangat langkah sekali yang ada hanya di Vietnam.

Sehingga pemerintah bisa menyiapkan anggaran untuk pengadaan obat untuk mengobati pasien yang menderita cacing pita tersebut, karena penyakit tersebut bisa terjadi kapan saja tanpa mengenal wilayah apabila kebiasan memakan daging mentah atau kurang sempurna memasaknya tidak diubah.

  Harapannya, peran dunia perguruan tinggi sangat penting dalam hal ini Fakultas Kedokteran UISU bisa menjadi pusat penelitian dan pengobatan untuk wilayah Sumatra, karena sentra lainnya ada di Bali. Menurutnya daerah endemik cacing pita itu ditemukan di Sumatra Utara, Bali dan Papua.

Sementara itu, hal senada juga disampaikan Analis Kesehatan, Sahat Siregar. Kata dia, temuan ini harus ditindaklanjuti Dinas Kesehatan Kota Medan. Sebab, hal ini sudah dinyatakan Kejadian Luar Biasa (KLB).

"Jika Dinas (Kesehatan Medan) ingin tahu pasiennya, kita siap menunjukkannya, nomor handphonenya pun ada sama kita bila mana nanti diperlukan," terangnya.