MEDAN - Dalam perbincangan sederhana di warung kopi Ulee Kareng, Calon Gubernur Sumatera Utara (Sumut) Edy Rahmayadi mengakui gaya kepemimpinan di satuan Tentara Nasional Indonesia (TNI) masih kuat berpengaruh pada dirinya. Mengenakan pakaian sederhana berwarna coklat, Edy juga mengakui gaya kepemimpinannya saat ini tidak terlepas dari pengalamannya selama di TNI, yakni sebagai mantan Pangdam I/BB dan Pangkostrad.

"Saya selalu minta maaf, kalau belum bisa mengubah gaya saya. Karena baru dua bulan saya tinggalkan jabatan Panglima (Pangkostrad), tidak mudah mengubahnya. Tetapi soal kepemimpinan, itu urusan organisasi, bukan saya sendiri. Bagaimana meraih kepercayaan rakyat dalam mengelola pemerintahan, menempatkan orang di tempat yang tepat, bukan karena suka atau tidak suka," katanya.

Namun, menurut Edy untuk merubah gaya kepimimpinannya saat ini mungkin perlu waktu. Seperti di saat ia memimpin dahulu butuh waktu berbulan sehingga ia bisa dekat dengan anggotanya.

“Tapi dengan berjalannya waktu mereka mamanggil saya dengan sebutan ayah dan ini real memang tak bisa secepatnya,” ungkap Edy.

Terlepas dari itu, dalam bincang-bincang tersebut Edy menuturkan mengenai infrastruktur seperti apa sehingga menjadikan Sumut bermartabat. Menjadikan Sumut bermartabat adalah dengan dibawah kepemimpinan apa adanya, jujur, berani, tulus dan ikhlas.

“Selain itu adalah adalah kesejahteraan, kesehatan, pendidikan, pertanian, nelayan dan infrastruktur baik, yang bukan sekedar lips service. Jadi bukan soal harga barang itu mahal atau tidak, tetapi bagaimana masyarakat kita mampu membeli. Karena saya tahu bagaimana rasanya jadi orang miskin, saya harus bangun jam 3 pagi, (kemudian) mengantar kue, sampai dimarahi orang, silakan tanya Emak (Ibu) saya,” tukasnya.