MEDAN - Tahun ini permintaan kue bakul atau kue keranjang menurun. Panganan yang terbuat dari pulut dan gula putih itu menjadi penganan yang wajib ada saat Tahun Baru iImlek. Sebab tak ada kue bangkul ada  tahun baru imlek menjadi tidak lengkap. Namun, untuk tahun ini permintaan kue bakul menurun, penurunannya sampai 40%. Hal ini disebabkan perekonomi yang sulit sehingga daya beli kurang di samping itu masalah harga komoditasnya meningkat yang memberi pengaruh pada pengusa musiman ini.

“Hal itu sangat berpengaruh besar sama kita. Apalagi harga bahan bakunya cukup tinggi untuk saat ini saja harga pulut itu Rp28.000 per kilogramnya. Sehingga ditambah dengan biaya produksi cukup tinggilah, lengkap dengan daya beli kurang,” kata Haidin Wijaya salah satu pengelola Kue Bakul Merbau di Jalan Merbau, Selasa (13/2/2018).

Saat ini, lanjutnya permintaan kue bakul tidak bisa ditebak, bisa banyak dan bahkan sedikit.

Untuk pemasaran, Haidin mengaku masih memasarkannya di daerah lokal saja yakni sekiyaran Medan.

“Paling banyak dari konsumen tetap karena kita juga sudah ada relasinya. Kalau dari luar Sumut biasanya konsumen beli di sini dan bawa ke luar Medan,” ujarnya.

Untuk rasa serta bahan baku, ia mengaku tak pernah berubah sama seperti dahulu dan masih tradisonal. Hanya saja pemasakan tidak lagi menggunakan kayu melainkan menggunakan gas elpiji.

“Bahan-bahan kita berkualitas dan tidak ada penambahan pengawet dan lainnya,” pungkas Haidin.