MEDAN - PT Angkasa Pura II menawarkan pengembangan Bandara Internasional Kualanamu di Kabupaten Deliserdang Provinsi Sumatera Utara senilai Rp 11 triliun pada swasta.

Hal ini sebagai mitra strategis untuk pengembangan bandara internasional tersebut dalam jangka panjang.

"Baik untuk pengembangan bandara itu sendiri maupun fasilitas pendukung lainnya di kawasan bandara," ujar General Manajer AP II Bandara Kualanamu, Arif Darmawan, dalam Rapat Dengar Pendapat (RDP) dengan Komisi D DPRD Sumut.

Diungkapkannya, dalam penyusunan skema penawaran itu dimulai dari Rp 4 triliun dan Rp7 triliun, yang dibutuhkan investasi untuk Kualanamu.

"Kalau sebesar itu terus terang, dengan 14 bandara yang dikelola Angkasa Pura II kebutuhannya luar biasa. Saat ini pihaknya mengalami keterbatasan anggaran dalam pengembangan bandara," ucapnya.

Dia menjelaskan, belum lama ini AP II mendapat Penyertaa Modal Negara (PMN) Rp 4 triliun untuk membangun runway 3 Bandara Soekarno-Hatta. "Itu hanya untuk runway saja. Sebentar lagi Sibolga, sehingga mau nggak mau kita butuh mitra. Kebetulan Kualanamu punya potensi strategis," ujarnya.

Ditambahkan Arif, selain biaya investasi yang tinggi, pihaknya ingin mitra yang mengembangkan Bandara Kualanamu memiliki jaringan yang kuat dan mampu membuat kualanamu sebagai hub internasional. Apalagi, tahun 2040 Indonesia menjadi negara yang memiliki potensi luar biasa, sehingga kesempatan tersebut harus dimanfaatkan dengan baik.

"Itu mengapa swastanisasi bandara menjadi diskusi. Tetapi kami hanya menyampaikan saja, semua ada di pusat. Tapi kalau ditanya mengenai keluhan kami, ya itu. Kami butuh jaringan dan investasi yang kuat," jelasnya.

Arif memaparkan, dari sisi potensi, Bandara Kualanamu memiliki tingkat daya tarik tinggi bagi investor dibanding Bandara Changi Singapura. Sebab, selain lokasi yang strategis, Kualanamu memiliki wilayah udara dan daratan yang luas sehingga berpotensi sebagai hub internasional dan aerotropolis (airport city) atau kota bandara.

Untuk menjadi simpul ekonomi yang tinggi dengan konsep aerotropolis, yakni dengan menata tata ruang dengan produk yang cocok untuk meningkatkan daya ekonomi melalui bandar udara.

"Misalnya kargonya elektronik. Sekarang menurut survei kami, produk dari Sumut masih pada sifatnya yang besar-besar seperti kehutanan, pertanian. Dan itu tidak untuk Kualanamu," katanya.