LANGKAT- Pasir kuarsa atau pasir silica hingga kini masih diburu sejumlah kalangan pengelola penambang pasir. Pasir silica dihasilkan setelah dilakukan penambangan dan pencucian bahan galian tambang pasir dan krikil.

Bahan baku untuk industri kaca dan pembakaran dan mal baja ini pun terus digali. Tak heran, banyak masyarakat yang dahulunya memiliki lahan pertanian dan perkebunan sawit, karet dan lainnya terpaksa dikorbankan untuk dijadikan lokasi penambangan, karena kultur tanah pertaniannya datar dan berpasir, banyak mengandung silica.

"Lumayan, dalam 400 meter atau 1 rantai tanah bisa menghasilkan uang sampai Rp 100 juta. Memang kondisi tanah berlubang seperti danau, tetapi ditanam sawit hasilnya pun sedikit. Yah dari penjualan pasir kotor per kubignya Rp 13.000, dan 1 rantai kebun sawit yang dikorek tanahnya bisa menghasilkan Rp 100 juta, pasti yang punya tanah untung, uangnya bisa dibelikan kebun lagi,”sebut Julkarnain, salah satu pemilik tanah galian pasir silica di Desa Paluh Manis Kecamatan Gebang, Kabupaten Langkat, Jumat (9/2/2018).

Menurut Julkarnain, tanah galian yang mengandung pasir, dikorek dan dicuci oleh pengola.

"Hasil cucian dihasilkan krikil, pasir kasar dan pasir silica. Pasir silica ini yang dibutuhkan pengelola untuk bahan baku kedaung dan cetakan besi dan mal baja,” tuturnya.

Pantauan di lokasi penambangan di Gang Saudara, Desa Paluh Manis, Langkat, tanaman pohon kelapa sawit yang dianggap tidak menguntungkan pemiliknya saat ini ditumbang, karena dikorek tanahnya yang berpasir untuk penambangan pasir silica.