MEDAN - Pengamat Ekonomi Sumatera Utara (Sumut) Gunawan Benjamin mengatakan pertumbuhan ekonomi di Sumut sebesar 5.12% dan memang diatas rata-rata nasional yang hanya sebesar 5.07%. Meski demikian pertumbuhan tersebut lebih kecil dibandingkan dengan tahun 2016 yang sebesar 5.18%. "Pertumbuhan ekonomi tersebut tidak relevan jika hanya membandingkan rata-rata kinerja pertumbuhan ekonomi nasional. Akan tetapi sebaiknya juga dibandingkan dengan pertumbuhan dengan wilayah yang memiliki jumlah penduduk besar dengan cakupan wilayah yang tida jauh berbeda. Sumut kalau dibandingkan dengan sejumlah provinsi di Pulau Jawa, maka terlihat pertumbuhan ekonomi Sumut masih lebih kecil. Struktur industri di wilayah Sumut juga terbilang masih mengandalkan komoditas," kata Gunawan, Senin (5/2/1018).

Berbeda dengan di Pulau Jawa, sambungnya yang basis industri manufakturnya sudah sangat berkembang. Sehingga fluktuasi pada harga komoditas relative tidak begitu membuat pertumbuhan ekonomi di sejumlah provinsi di jawa tersebut cukup stabil.

"Padahal jika berkaca kepada potrensial wilayah Sumut menjadi basis industry manufaktur sebenarnya cukup terbuka. Sehingga pertumbuhan ekonomi Sumut sebenarnya masih jauh dari pertumbuhan potensialnya. Ini yang belum tercapai hingga saat ini. Realisasi partumbuhan ekonomi sebesar 5.12% memang patut disyukuri, tetapi seharusnya ada upaya lanjutan agar pertumbuhan ekonomi Sumut tersebut bisa dipacu lebih baik lagi," terangnya.

Sambungnya, ketersediaan infrastruktur dasar memang terus diupayakan untuk hidup belakangan ini. Hal inilah yang saya pikir cukup menjanjikan untuk terciptanya pertumbuhan yang berkesinambungan serta dapat ditransmisikan untuk menciptakan pertumbuhan ekonomi yang bisa diakselerasi lagi.

"Banyak industry yang seharusnya bisa dihidupkan di daerah ini atau bisa kita sebut dengan istiah hilirisasi. Kita menanti kebijakan lanjutan yang bisa dimanfaatkan untuk memacu investasi di sektor hilir. Tahun 2018 ini belum begitu baik bagi perekonomian Sumut karena sisi eksternal juga tidak begitu menjanjikan," tambahnya.

Bahkan, pertumbuan sektor keuangan dan asuransi yang cenderung sangat kecil kontribusinya memang saat ini terpukul oleh industri pendukung yang mengalami perlambatan.

"Kita lihat saja, industri asuransi, dimana pertumbuhannya terpukul akibat melemahnya sektor property maupun industry otomotif. Sementara sektor lainnya seperti industry pengolahan dan pertanian juga mengandalkan kinerja ekonomi di Negara lain atau eksternal yang selama tahun 2017 silam terpantau tidak tumbuh signifikan," pungkasnya.