JAKARTA - Penyelenggaraan Piala Presiden 2018 hampir menyelesaikan pertandingan kedua di masing-masing grup. Tinggal Grup D dan E yang belum menggelar pertandingan kedua.

Sejauh ini sudah ada 16 pertandingan yang berlangsung. Dan, semuanya berlangsung lancar. Tidak ada insiden berarti, terutama yang menyangkut soal kinerja wasit. 

Memang ada ungkapan tidak puas atau sejenisnya, terutama dari tim yang menelan kekalahan. Hanya saja persentasenya bisa dikatakan sedikit. Ditambah lagi yang berbicara adalah tim yang kalah, sehingga bisa jadi hanya bentuk emosional.

Namun lebih penting dari itu terdapat interaksi yang intensif antara pengadil atau perangkat pertandingan di lapangan dengan pemain atau ofisial. Tidak pernah dijumpai dalam 16 pertandingan yang ada, wasit sampai didorong-dorong atau dikejar-kejar. Tensi tinggi seperti pertandingan klasik PSMS vs Persib juga bisa dikendalikan.

Situasi ini membuat Departemen Wasit PSSI yang bertugas mendidik dan menyiapkan perangkat pertandingan untuk kompetisi atau turnamen resmi yang diselenggarakan PSSI menjadi lega.

Ngadiman Asri, Ketua Departemen Wasit PSSI, berharap situasi seperti di Piala Presiden ini bisa dipertahankan. Bahkan tidak hanya sampai Piala Presiden tahun ini selesai, melainkan juga di kompetisi reguler nanti, yaitu Liga 1, dan kemungkinan Piala Indonesia.

"Intinya adalah saling menghormati. Kami menekankan kepada wasit dan perangkat pertandingan secara keseluruhan, untuk selalu berbicara dan bersikap yang baik kepada pemain atau ofisial. Begitu pula sebaliknya kami meminta hal yang sama dari tim," kata Ngadiman Asri.

"Jadi misal terjadi protes, wasit harus bisa menjelaskan secara baik-baik. Senyum, sabar, tetapi tetap tegas. Kami percaya sikap wasit yang bagus, akan memancing respek dari tim. Tapi sekali lagi kami juga ingin respek yang sama dari tim," ujar Ngadiman Asri.

Lebih lanjut mantan wasit nasional itu mengungkapkan, pihaknya memang bertekad untuk membuat wasit di Indonesia menjadi profesional. Mengedepankan nilai-nilai komunikasi dua arah.

"Kami mengajak tinggalkan budaya lama, protes berlebihan, kasar, dan lain-lain. Mari menikmati pertandingan dengan bekerja sesuai tugas masing-masing. Kalau pertandingan enak ditonton, pasti penonton juga puas," tutur Ngadiman Asri.***