MEDAN - Tahun 2018 dan 2019 disebut tahun politik. Sebab, pada kedua tahun tersebut berlangsung Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) serentak termasuk di Sumut, dan Pemilihan Presiden (Pilpres). Menurut Wakil Sekretaris Jenderal (Sekjen) Real Estate Indonesia (REI), Tomi Winstan, walau tahun 2018 dan 2019 dikenal sebagai tahun politik, untuk rumah MBR tidak terpengaruhi. Alasannya, masyarakat menengah ke bawah tidak akan terpengaruh dengan kondisi politik.

"Penghasilan yang diterima masyarakat menengah ke bawah sudah jelas untuk kebutuhan sehari-hari dan sisanya membayar cicilan. Kalau pun terjadi kenaikkan harga barang kebutuhan sehari-hari, masyarakat ekonomi menengah ke bawah biasanya dapat melakukan penghematan atau mencari pendapatan tambahan," ujar Tomi akhir pekan ini.

Terkecuali, lanjutnya, bila negara mengalami krisis ekonomi seperti yang terjadi tahun 1998 lalu dimana perusahaan melakukan PHK besar-besaran. Bila itu terjadi, maka rumah MBR akan terpengaruh. Tapi tahun politik 2018 dan 2019 mudah mudahan tidak sampai terjadi krisis ekonomi.

"Indonesia sudah pernah mengalami krisis ekonomi, begitu juga sudah melaksanakan pemilihan daerah dan presiden beberapa kali. Jadi, kalau pun suhu politik memanas sudah tidak sampai mengganggu perekonomian bangsa Indonseia," kata Tomi.

Diutarakannya, masyarakat Indonesia sudah sangat cerdas dalam berpolitik. Jadi walau Indonesia memasuki tahun politik, tidak mempengaruhi sektor perumahan khususnya segmen menengah bawah.

Lebih jauh Tomi mengatakan, diperkirakan pada pertengahan tahun 2018 akan banyak pengembang curi start dalam pembangunan perumahan. Diprediksi, akhir tahun 2019 atau awal tahun 2020, bisnis properti akan mulai tergerek naik permintaan dan pertumbuhannya.

Alasannya, karena bangsa Indonesia telah melewati pesta demokrasi. Ditambah lagi, ekonomi dunia menuju peningkatan pertumbuhan ekonomi.

"Kalau ingin mendapat keuntungan cepat, tahun ini paling tepat membeli properti karena harga masih murah dan pengembang cenderung tidak terlalu berani menaikkan harga. Jadi, kita harus membeli properti disaat yang tepat dimana saat harga lagi murah dan sudah berlangsung lama. Serta, sesaat menuju harga naik bahkan bisa melonjak tinggi karena harganya sudah terlalu lama bertahan," ungkap mantan Ketua DPD REI Sumut ini.

Ia melanjutkan, berbeda kalau membeli properti pada saat booming harga sudah naik dan mahal. Atau membeli properti harga masih murah tapi waktu booming masih lama.

"Tahun ini yang paling tepat membeli properti untuk investasi. Atau, setidak-tidaknya di awal 2019, sesuaikan saja dengan kondisi keuangan kita," tandasnya.

Hal senada disampaikan Ketua DPD REI Sumut Andi Atmoko Panggabean. Menurutnya, pengaruh tahun politik terhadap sektor properti khususnya di Sumut tidak terlalu berdampak.

"Memasuki tahun 2018, bisnis properti di Sumut khususnya segmen rumah MBR diprediksi masih bagus. Hal itu terlihat dari tren permintaan yang masih terus tumbuh, sehingga semakin banyak investor yang membangun," kata Atmoko.

Dia menuturkan, pasar rumah MBR yang dijual sekitar Rp130 jutaan mulai tahun ini masih bagus. Sebab, hal itu didukung oleh kebijakan pemerintah yang memberikan fasilitas terhadap pengembang atau developer. Apalagi, angka kebutuhan rumah atau backlog di Sumut masih tinggi.

"Segmen rumah MBR memang tak terlalu berpengaruh terhadap tahun politik. Namun, untuk segmen komersil sedikit melambat dikarenakan fokus pada Pilkada atau Pilpres, dimana banyak dianggarkan untuk kegiatan kampanye. Artinya, rumah komersil tumbuh perlahan atau slow down," imbuhnya.