JAKARTA - Berita Yang terkait dengan Ajang Pesta Keolahragaan Asian Games XVIII 2018 memang tidak pernah sepi, selalu ramai dan cenderung menjadi Hiruk-pikuk dan bahkan seperti bersaing dengan pemberitaan perkara Korupsi E-KTP yang melibatkan orang "sakti" Setya Novanto. Sejak Indonesia mengambil alih dari Vietnam sebagai Tuan Rumah Asian Games XVIII 2018, berita hangat tidak pernah  pernah surut. 

Kenapa? Indonesia adalah satu-satunya negara di dunia yang berani mengambil alih sebagai Tuan Rumah penyelenggara yang sisa waktunya hanya dua tahun. Sementara kalau normalnya untuk menjadi tuan rumah Asian Games adalah ditentukan pada 2 kali waktu sebelum penyelenggaraan (2x4= 8 tahun).

Dengan demikian, negara yang memenangkan Bidding (tawar-menawar) memiliki banyak waktu dalam melakukan berbagai persiapan. 

Lantas apa yang terjadi dengan Indonesia yang hanya memiliki waktu kurang lebih dua tahun? 

Semua menjadi panik karena tidak ada persiapan baik untuk berbagai sarana dan prasarananya. Negara sepertinya mengais sana- sini untuk menyediakan dananya, bentur sana-sini untuk menyiapkan sarana dan prasarananya, langgar sana-sini aturannya untuk mempercepat pelaksanaan pencairan dananya, tunjuk sana-sini siapa yang akan melaksanakan pembangunan/pembelian dan lain-lain.

Semoga saja setelah selesai Asian Games tidak ada lagi "korban" seperti kasus dana sosialisasi di enam kota (Carnaval Road to Asian Games 2018).

Yang paling menyedihkan adalah masalah anggaran pelatnas cabang olahraga yang belum juga dikucurkan hingga saat ini. Padahal, pelaksanaan Asian Games hanya tinggal 7 bulan lagi. 

Pembagian anggaran pelatnas cabor bukan hanya terbengkalai tetapi cabor dibuat bingung akibat simpang-siur anggaran yang bakal dikucurkan. Deputi IV Bidang Peningkatan Prestasi Olahraga selaku Kuasa Pengguna Anggaran (KPA), Mulyana menyebut alokasi anggaran untuk Asian Games hanya Rp550 miliar, sedangkan atasannya  Sesmenpora, Gatot S Dewa Broto menyebut Rp600 miliar dari dana Rp735 miliar dipotong Rp100 miliar untuk pelatnas atlet Asian Para Games 2018. 

Pertanyaan yang sangat sederhana adalah: Kenapa jadi tidak sama keterangn atasan dan bawahan? 

Jika kita hitung dengan alokasi anggaran pemerintah Rp753 miliar dikurangi Rp 100 miliar sisanya Rp635 miliar. Kemudian, dipotong Rp550 miliar untuk anggaran pelatnas Asian Games 2018 seperti yang disebutkan Deputi IV berarti sisanya Rp103 miliar. 

Lantas mau dipergunakan buat apa selisih uang tersebut? Kan, perlu dijelaskan secara detail biar masyarakat mengetahui. 

Wajarlah jika 40 cabor terus saja mempermasalahkan pembagian anggaran pelatnas. Mereka juga pasti sudah menghitung jika rata-rata mendapatkan Rp15 miliar berarti anggaran yang terpakai Rp600 miliar. 

Kita semua tahu kalau Presiden Joko Widodo (Jokowi) dan Wakil Presiden Jusuf Kalla (JK) sudah berusaha keras untuk menyediakan anggaran yang dibutuhkan sebagai tuan Rumah Asian Games XVIII. Dan, kita juga tahu seperti apa sebenarnya kondisi keuangan negara kita tercinta ini. 

Apa jadinya jika keinginan Presiden agar Indonesia sukses sebagai penyelenggara dan sukses prestasi di Asian Games 2018 gagal ? Ayolah kita sedikit mempunyai sense of crisis, sense of carefullness dan sense of awarenes.

Semoga ini menjadi proses pembelajaran bagi kita semua baik yang langsung maupun yang  tidak langsung bersentuhan dengan pembinaan prestasi keolahragaan, termasuk Pelatnas untuk menghadapi perhelatan akbar ajang Asian Games XVIII.

Kesuksesan sebagai penyelenggara, prestasi, dan pengelolaan administrasi merupakan taruhan negara Indonesia. Taruhan untuk seluruh bangsa dan rakyat Indonesia.

Asian Games 2018 "Energy of Asia". Semoga menjadi energi untuk mendorong kita bekerja lebih hati-hati, lebih cerdas, dan lebih bertanggungjawab. Semoga. Bambang Sujiono, Dosen Fakultas Ilmu Olahraga Universitas Negeri Jakarta (UNJ).