MEDAN - Pemerintah Provinsi Sumatera Utara (Pemprovsu) melalui Dinas Kesehatan Sumut meminta Dinkes kabupaten/kota bersama Puskesmas perlu segera melakukan penyelidikan epidemiologi bila diduga terjadi KLB Difteri. Dalam hal ini, pihaknya telah menyurati dinkes kabupaten/kota untuk menyikapi terjadinya kasus Difteri di wilayahnya.

"Bila benar ada KLB Difteri, segera melakukan Outbreak Response Immunization (ORI) di wilayah puskesmas/kecamatan yang merupakan lokasi terjadinya KLB Difteri. ORI dilakukan sebanyak tiga kali putaran tanpa memandang status imunisasi," kata Kadis Kesehatan Sumut Agustama didampingi Kasi Bimdal Wabah dan Bencana Suhadi, Kamis (13/12/2017).

Menurutnya, ORI diberikan adalah penduduk yang berusia bayi sampai berusia sama dengan usia kasus Difteri tertua pada saat KLB (atau penduduk yang ditentukan berdasarkan hasil kajian epidemiologi) dan populasi rentan di wilayah KLB Difteri tersebut.

"Memberikan obat profilaksis pada kasus kontak Difteri dan kasus carrier Difteri. Obat harus diminum sampai habis. Untuk memastikan obat diminum sampai habis, perlu menunjuk pemantau minum obat yang berasal dari tokoh masyarakat," ungkapnya.

Dia juga meminta kabupaten/kota meningkatkan cakupan imunisasi, termasuk imunisasi Difteri, secara merata di seluruh wilayah kerja Dinas Kabupaten/ Kota dengan target >90 persen.

"Melakukan sosialisasi kepada seluruh masyarakat tentang penyakit Difteri dan cara pencegahannya, serta mengenai pentingnya imunisasi agar masyarakat paham dan tidak menolak imunisasi," tuturnya.

Dalam menyikapi terjadinya peningkatan kasus Difteri, masyarakat dianjurkan untuk memeriksa status imunisasi masing-masing untuk mengetahui apakah status imunisasinya sudah lengkap atau belum, sesuai jadwal dan umur.

"Jika belum lengkap, agar dilengkapi. Menerapkan perilaku hidup bersih dan sehat sehari-hari dan seterusnya, mempergunakan masker bila sedang batuk-pilek, berobat ke pelayanan kesehatan terdekat bila merasa ada gejala Difteri, melaporkan ke Puskesmas terdekat bila mengetahui ada seseorang yang menunjukkan gejala Difteri, mematuhi petunjuk minum obat antibiotika bagi kontak kasus Difteri dan kasus carrier Difteri," ungkapnya.

Ditambahkannya, difteri merupakan penyakit yang sangat menular dan disebabkan oleh kuman Corynebacterium diptheriae yang menyerang faring, laring atau tonsil. Difteri menimbulkan gejala dan tanda berupa demam + 38ยบ C.

"Munculnya pseudomembran di tenggorokan yang berwarna putih keabu-abuan dan tak mudah lepas serta mudah berdarah, sakit waktu menelan, serta leher membengkak seperti leher sapi (bullneck,) akibat pembengkakan kelenjar getah bening di leher. Selain itu terjadi pula sesak nafas disertai suara mendengkur (stridor)," tuturnya.

Ditambahkannya, Dinkes Sumut sudah meminta Anti Serum Difteri (ADS) ke Kemenkes RI pada Selasa kemarin.

"Kita sudah minta ADA ke Kemenkes sebanyak 20 vial untuk stok," tambah Suhadi sembari mengatakan, spesimen pertama dari suspect Difteri di RS. Adam Malik sudah dikirim ke Litbangkes Kemenkes RI.