MEDAN-Penelitian mengenai cacing pita sepanjang 10,5 meter dari tubuh warga di Desa Nagori Dolok, Kecamatan Silau Kahaean, Kabupaten Simalungun beberapa waktu lalu, kini telah memasuki babak baru.

Pasalnya, Ketua Tim Peneliti Fakultas Kedokteran (FK) Universitas Islam Sumatera Utara (UISU) DR dr Umar Zein, DTM&H menyatakan, saat ini hampir dipastikan bahwasanya cacing pita temuan tersebut merupakan spesies baru.

"Penemuan-penemuan lain sesuai literatur tidak ada yang menyatakan bahwasanya cacing pita di Simalungun itu sama, baik dari segi kepala maupun badannya. Maka saat ini hampir bisa kita pastikan bahwasanya cacing pita tersebut adalah spesies baru," ungkapnya kepada wartawan.

Sebagai penemu, Umar Zein berkeinginan untuk memberikan nama kepada cacing pita temuannya itu dengan nama Taeniasis Umar Zein Strain Simalungun.

Adapun ciri-ciri cacing pita tersebut, jelas Umar Zein pada bagian kepala tidak mempunyai capit, kemudian jumlah cabang uterusnya dibeberapa proglotik semua sama 16. Sementara sesuai literatur, cacing pita Asiatika pada kepala memiliki capit meskipun pendek, kemudian jumlah cabang uterusnya berjumlah 11 sampai 21.

"Apakah ini benar atau tidak biar fakta nanti yang membuktikan," jelasnya.

Untuk membuktikan temuan tersebut, Umar Zein mengaku dalam waktu dekat pakar taeniasis dari Jepang Profesor Akira Ito akan melakukan pemeriksaan pada cacing pita Simalungun itu secara bio molekuler. Bila pemerikasan menunjukkan hasil yang positif, maka sudah bisa dipastikan jika cacing pita yang didapat akibat kebiasaan waga memakan daging babi mentah di Simalungun merupakan spesis baru.

"Akan diperiksa secara bio molekuler dulu. Kalau positif, makin sudah pasti itu spesis baru," pungkasnya.

Sementara itu, sebelumnya Ketua Umum Perhimpunan Pathobiology Indonesia (PPI) Sumut-NAD, Prof DR dr Hadyanto Lim mengatakan penemuan cacing pita tersebut perlu diapresiasi. Sebab menurut dia, hal itu membuka wawasan bahwa penyakit yang dianggap tidak masalah ternyata ada ditemukan di daerah tertentu.

"Saya mendukung kemungkinan ini menjadi spesis baru yang perlu ditindaklanjuti secara biomolekuler," tandasnya.