MEDAN-Seiring dengan pembangunan pariwisata di kawasan Danau Toba, masyarakat sekitar diharap tidak menjual tanahnya ke pihak asing. Karena akan merugikan masyarakat itu sendiri nantinya.

"Saya mendengar banyak masyarakat yang sudah atau mau menjual tanahnya ke pihak asing karena ditawari harga tinggi," kata Ketua Forum Peduli Danau Toba, Efendi Naibaho ketika dihubungi, Selasa (21/11/2017), di Medan.

Isu ramainya masyarakat yang hendak menjual tanahnya ke pihak asing menurut Efendi, terkait dengan ditetapkannya Danau Toba sebagai destinasi nasional dan rencana pembangunan jalan tol menuju Parapat. Kondisi itu membuat kawasan Danau Toba menjadi incaran banyak investor.

"Lebih baik masyarakat menyewakan atau menjalin kerja sama dengan pihak investor daripada menjual tanahnya. Si pemilik tanah tidak kehilangan tanahnya dan mendapat keuntungan tapi kalau dijual, si pemilik tanah tidak lagi mendapatkan apa-apa," ujar mantan anggota DPRD Sumut ini.

Hal itu juga dibenarkan oleh Fasilitator Pembangunan Pariwisata Berkelanjutan Kemenpar, Edy Syahputra Sitepu.

Menurut Edy, masyarakat Danau Toba harus berkaca dari Lombok. Di mana masyarakat lokal di kawasan wisata di Kabupaten Lombok Tengah (Loteng) tengah dalam ancaman serius. Hal itu disebabkan oleh praktik pejualan lahan yang semakin tak terbendung di kawaaan tersebut.

"Jika tidak segera dicegah, maka masyarakat lokal di kawasan wisata terancam tergusur. Bahkan, terancam hanya akan jadi penonton di tengah kemajuan pariwisata di kawasan itu," kata Edy mengingatkan.

Menurut Edy, hampir sebagian besar lahan-lahan di kawasan wisata Loteng bagian selatan, kini sudah dikuasai orang luar. Kalau tidak ada upaya pencegahan, bisa-bisa semua lahan di kawasan wisata dikuasai orang luar.

Masyarakat yang berada di kawasan Danau Toba jangan sampai seperti itu. Pemerintah juga kata dia, harus memberikan perhatian serius.

"Regulasinya harus dibuat untuk melindungi kepentingan jangka panjang. Kemandirian masyarakat secara ekonomi harus ditingkatkan agar mereka mampu bertahan dan tidak menjual lahannya," kata Edy.

Makanya, lanjut Edy, diperlukan skenario pembangunan pariwisata berkelanjutan. Pembangunan destinasi pariwisata harus memberikan dampak ekonomi bagi masyarakat sekitar destinasi, sehingga rakyat yang diperkuat.

"Kalau mereka kuat dari sisi ekononi, pasti lahannya tidak akan dijual," jelasnya.

Karena itu kata dia lagi, masyarakat harus diajak bersama-sama membangun pariwisata, kesadarannya harus ditingkatkan. Mereka harus didukung menjadi pelaku di industri pariwisata, misalnya dengan mendorong lahirnya desa-desa wisata yang di kelola secara mandiri oleh masyarakat.

"Masyarakat juga harus ditanamkan prinsip bahwa tanah ini akan diwariskan pada generasi penerus mereka," tegas Edy.