MALANG - Ketua Badan Sosialisasi Empat Pilar MPR RI, Ahmad Basarah mengatakan “Resimen Mahasiswa memiliki tugas sejarah untuk mengawal prinsip-prinsip dasar bernegara yang sifatnya final dan tidak bisa dinegosiasikan apalagi diganti oleh pihak manapun.

Prinsip tersebut adalah Pancasila sebagai dasar dan ideologi negara, UUD NRI Tahun 1945 sebagai konstitusi negara, NKRI sebagai bentuk negara yang final dan Bhinneka Tunggal Ika sebagai semboyan negara. Hal itu ditegaskan Basarah pada pidato penutupan acara Sosialisasi Empat Pilar MPR RI di depan Resimen Mahasiswa se Jawa Timur di Hotel Singasari, Kota Batu, Jawa Timur (19/11).

Hal ini menurut Basarah karena pasca reformasi, bangsa Indonesia mengalami proses deideologisasi Pancasila karena Pancasila dituding sebagai alat kekuasaan Orde Baru.

Proses de-ideologisasi tersebut kini turut diperparah oleh eksperimen ideologi fundamentalisme pasar dan fundamentalisme agama yang beroperasi secara agresif di tengah-tengah masyarakat kita saat ini.

Basarah melanjutkan, eksperimen ideologi asing tersebut membuat bangsa Indonesia mengalami serangan politik pecah belah (adu domba) sebagai satu strategi memuluskan ideologi asing untuk masuk. Targetnya jelas, agar bangsa Indonesia meragukan, meninggalkan bahkan mengganti Ideologi Pancasila dengan ideologi lain.

Kampanye propaganda liberalisme dan radikalisme kini berlomba-lomba memanfaatkan kemajuan teknologi informasi dengan sasaran para generasi muda. "Bahkan, lingkungan akademik seperti kampus pun kini menjadi target yang subur bagi bersemainya bibit-bibit paham radikalisme dan lndividualisme/liberalisme seperti fenomena deklarasi khilafah secara terbuka, LGBT, sex bebas, narkoba dan lain-lain," tuturnya.

"Untuk itulah, MPR menyosialisasikan nilai-nilai Empat Pilar MPR RI yakni Pancasila, UUD NRI tahun 1945 dan Tap MPR, NKRI serta Bhinneka Tunggal Ika ke seluruh penjuru Indonesia termasuk kalangan generasi muda agar memiliki daya tahan ideologis menghadapi infiltrasi ideologi-ideologi asing yang tidak sesuai dengan kepribadian bangsa Indonesia," sambung mantan aktivis GMNI ini.

Menwa sebagai generasi yang dididik dengan Ilmu pengetahuan dan Ilmu keprajuritan, sudah seharusnya menjadi "part of solution" bukan "part of problem" dalam upaya menjawab tantangan zaman.

Menwa harus berada di garda terdepan mengawal, mengamankan dan menyebarluaskan ideologi Pancasila di lingkungan kampus dan di masyarakat luas.

"Mahasiswalah yang memegang obor, berada di depan, mencegah paham-paham yang bertentangan dengan Pancasila agar tidak masuk ke dalam kampus dan lingkungan masyarakat. Sehingga, generasi muda yang akan mengisi jembatan emas kemerdekaan adalah generasi-generasi yang nasionalis, patriotik dan berjiwa Pancasila," pungkas Basarah.

Acara Sosialisasi bersama Menwa se Jawa Timur ini dihadiri seratus orang Menwa, Ketua DPRD Kota Malang, Abdul Hakim dan Komandan Menwa Provinsi Jawa Timur, Aftiah El Zamzami. ***