MEDAN-Presiden RI Joko Widodo (Jokowi) resmi membuka Musyawarah Nasional (Munas) ke-10 Korps Alumni Himpunan Mahasiswa Islam (KAHMI) ditandai dengan pemukulan Gordang Sambilan di Hotel Santika Dyandra Medan.

Bersama Presiden Jokowi, juga ikut memukul Gordang Sambilan yakni Ketua MPR RI Zulkifli Hasan, Ketua DPD RI Oesman Sapta Odang, Koordinator Presidium Majelis Nasional KAHMI Mahfud MD, politisi senior Partai Golkar juga dewan penasehat KAHMI Akbar Tanjung dan Gubernur Sumatera Utara (Gubsu) Tengku Erry Nuradi.

Hadir juga disitu sejumlah menteri cabinet kerja, Kapolri Jenderal Pol Tito Karnavian, Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan bersama seluruh pengurus dan keluarga besar KAHMI se-Indonesia. Munas ke-10 KAHMI tersebut berlangsung selama tiga hari dan direncanakan akan ditutup Wakil Presiden HM Jusuf Kalla.

Gubsu Tengku Erry Nuradi dalam kesempatan itu mengucapkan terima kasih kepada Presiden Joko WIdodo karena perhatiannya yang cukup besar kepada masyarakat khususnya masyarakat Sumatera Utara. Dan berterimakasih karena bisa hadir pada even nasional dimana Sumatera Utara dipercayakan sebagai tuan rumah. “Kami mengucapkan terima kasih kepada Bapak Presiden Jokowi karena telah menganugerahkan gelar Pahlawan Nasional kepada pendiri Himpunan Mahasiswa Islam (HMI), Larfan Pane pada 10 November 2017 yang lalu, yang merupakan putra daerah Sumatera Utara,” ujar Erry.

Hal yang sama juga diungkapkan Mahfud MD. “Dengan dianugerahinya gelar pahlawan nasional kepada pendiri HMI maka dalam ikut merajut ikatan kebangsaan dan menjaga NKRI yang berdasarkan Pancasila akan semakin kuat posisinya dalam mosaik sejarah Indonesia,” sebut Mahfud.

Sementara, Presiden Jokowi dalam sambutannya mengatakan tantangan negara kita kedepan semakin berat, bermunculan perubahan-perubahan yang tidak terduga. Seperti perubahan dari internet ke mobile internet, dari mobile internet ke artifisial intelejen, ke robotik. “Perubahan dunia bergerak begitu cepat sekali, tantangan seperti  ini harus kita antisipasi.

Kita jangan terjebak pada rutinitas, pada sikap-sikap yang monoton yang setiap hari kita lakukan dalam keseharian. Perubahan itu ada di depan mata kita. Kecepatan teknologi dan perubahan itu mendahului dari apa yang kita perkirakan.

Karena itu, Jokowi meyakini jika nantinya landscape politik global berubah, landscape ekonomi global berubah, landscape interaksi sosial berubah, landscape politik nasional juga akan berubah begitu juga dengan landscape interaksi sosial nasional dan ekonomi nasional juga akan berubah. Dan ini nantinya akan bergerak ke daerah. “Inilah antisipasi yang harus kita siapkan dan kita pikirkan bersama-sama,” kata Jokowi.

Ini juga akan merubah perilaku sosial bila kita tidak memperkuat karakter building, sumber daya manusia dengan nilai-nilai agama, budaya, dan nilai-nilai keindonesiaan yang kita miliki.

Jokowi pada kesempatan itu juga mengharapkan agar pemerintah dan masyarakat Indonesia memerlukan mitra-mitra baru untuk mengantisipasi perubahan global yang begitu cepat.

“Kita juga sudah terlalu lama selalu melihat ke Barat, Eropa, Amerika atau Jepang. Bahwa mitra baru itu diperlukan. Oleh sebab itu setelah pelantikan 2014 lalu, saya pergi ke Timur Tengah, Arab Saudi, Uni Emirat Arab, Iran, Qatar, untuk keseimbangan posisi yang sangat diperlukan,” ujar Presiden Jokowi.