TARUTUNG-Sebulan terakhir gas elpiji bersubsidi 3 kilogram langka dan dijual diatas harga eceran tertinggi (HET), di Tarutung ibukota Tapanuli Utara (Taput). Kelangkaan gas itu ditenggarai, karena pendistribusian yang tidak tepat sasaran.

Warga Desa Simamora, Kecamatan Tarutung, Taput HS Sirait mengaku, sebulan terakhir terjadi kelangkaan gas elpigi bersubsidi 3 kilogram di Tarutung. Harga ditingkat pengecer Rp 27.000 sampai Rp 28.000 per tabung.

“Kelangkaan gas elpigi bersubsidi 3 kilogram dan harga hingga Rp 27.000 sampai Rp 28.000 per tabung, karena lemahnya pengawasan pemerintah kabupaten (Pemkab). Coba kalau pihak pemkab secara rutin melakukan pengawasan harga dan peruntukkan gas elpigi bersubsidi, tentu tidak terjadi kelangkaan dan harga yang melambung,” ujar Sirait.

Sirait mengatakan, salahsatu hal yang nyata dan luput atau tidak adanya keseriusan Pemkab dalam melakukan pengawasan gas elpigi bersubsidi, yakni justru pengusaha rumah makan dan pengusaha lainnya yang beromset jutaan per hari yang menggunakan gas elpigi bersubsidi 3 kilogram.

“Padahal, gas elpigi bersubsidi 3 kilogram, jelas-jelas peruntukkannya untuk masyarakat pra-sejahtera, berdasarkan program pemerintah tentang konversi minyak tanah ke gas elpigi,” sebut Sirait.

Kepala Bagian Perekonomian Setdakab Taput Fajar Gultom melalui Kasubbag koordinasi penanaman modal, perindustrian dan perdagangan Santo Sitorus menerangkan, jatah/kuota gas elpigi bersubsidi 3 kilogram di Taput berkurang dari 577 metrik ton menjadi 515 metrik ton.

Santo Sitorus menjelaskan, HET gas elpigi 3 kilogram untuk Kecamatan Tarutung berdasarkan Perbup adalah sebesar Rp 18.000. Ia mengatakan kalaupun ada pengecer menjual harga diatas HET, pihaknya sudah bolak-balik menegur.

“Kita sudah bolak-balik melakukan pengawasan terhadap pendistribusian gas elpigi bersubsidi 3 kilogram. Kita sudah melakukan teguran lisan dan tertulis kepada para distributor. Kewenangan kita hanya sebatas melakukan teguran,”pungkas Santo Sitorus.