MEDAN - Salah satu penyebab hancurnya industri perikanan tangkap di Danau Toba adalah rendahnya biosekuriti. Sebagai contoh, kehadiran ikan kaca-kaca di perairan Danau Toba merupakan salah satu penyebab punahnya ikan bilih.

"Sampai saat ini tidak satu orangpun yang mengaku dan mengetahui siapa dan kapan penyebaran ikan kaca-kaca itu dilakukan di Danau Toba," kata Ahli Budidaya Perairan Universitas HKBP Nommensen Pendi Pohan di Medan.

Tidak hanya itu, lanjut dia, hal yang sama juga pernah terjadi pada tahun 1990. Di mana ditemukan adanya ikan betutu di perairan Danau Toba. Dan itu mengancam kehidupan ikan di perairan Danau Toba. Karena ikan betutu merupakan ikan karnivora.

Contoh lainnya adalah tahun 2004, industri budidaya ikan mas dengan sistem keramba jaring apung (KJA) terserang penyakit virus herpes koi. Yang menyebabkan, kematian massal ikan mas milik petani yang ada di perairan Danau Toba.

Serangan penyakit virus herpes koi ini terjadi karena pemasukan bibit ikan kan mas tidak bebas virus herpes koi.

"Peristiwa-peristuwa itu semua disebabkan lemahnya biosekuriti di kawasan perairan Danau Toba," kata Pohan.

Seharusnya lanjut Dosen tetap Fakultas Peternakan ini, pemerintah daerah yang berada di kawasan Danau Toba melalui dinas terkait membangun karantina ikan. Sehingga tercipta keamanan (biosekuriti) guna penyelematan ikan-ikan endemik yang ada di perairan Danau Toba.

"Selain itu penyebaran penyakit juga dapat dihindari secara rutin dari satu lokasi atau luar kawasan Danau Toba," jelasnya.

Tetapi lanjut Pohan, keberadaan karantina ikan saja tidak cukup, harus dilengkapi dengan peraturan seperti yang diterapkan oleh negara-negara maju.

Di mana setiap kawasan yang mempunyai unit karantina tidak bebas memindahkan atau mengintroduksi satu jenis organisme dari suatu daerah ke daerah lain kecuali sudah terjamin biosekuritinya.

"Karantina ikan dengan sistem biosekuriti yang baik merupakan salah satu strategi mengurangi pengintroduksian ikan yang mengancam kehidupan ikan di perairan Danau Toba dan mengeliminasi penyebaran penyakit ikan dari luar kawasan Danau Toba," kata Pohan.

"Apa kita orang Batak yang tinggal di dunia ini masih ada kerinduan untuk menikmati daging ikan Batak, ikan mas, dan ikan pora-pora hasil tangkapan dari perairan Danau Toba? Jika ya, mari kita memberi kontribusi sekecil apapun untuk menyelamatkan biota perairan Danau Toba sebagai plasma nutfah," kata Pohan mengimbau.