SIMALUNGUN - Setelah ditemukan cacing pita berukuran 2,86 meter pada Oktober 2017 lalu, kini Tim Peneliti Fakultas Kedokteran UISU menemukan cacing pita jenis Taeniasis Saginata Asiatica dengan panjang sekitar 10,5 meter lebih dari seorang warga Negeri Mariring, Silau Kahean, Simalungun, bernama Kalekson Saragih (64). Kepada wartawan yang ditemui di Puskesmas Nagori Dolok, Kamis (2/11/2017), Pembantu Dekan II Fakultas Kedokteran UISU, dr Indra Janis MKT, menyatakan pihaknya tidak sekadar menemukan cacing terpanjang yang berhasil dikeluarkan dari tubuh penderita, akan tetapi pihaknya bersama Ketua Tim Peneliti Fakultas Kedokteran UISU Dr Umar Zein, Pembantu Dekan III Fakultas Kedokteran UISU Alamsyah Lukito dan staff pengajar UISU, dr Ismurizal serta Analis Kesehatan, Sahat Siregar, datang kelokasi untuk mengobati para penderitanya.

"Ini bukan siapa duluan atau perlombaan penemuan cacing terpanjang, akan tetapi penemuan pada hari ini memang terpanjang. Ini merupakan rekor bagi para peneliti FK UISU yang dipimpin Dr Umar Zein," sebut dr Indra.

Indra mengatakan dari hasil penemuan cacing pertama dengan kedua ada ditemukan perbedaan secara morfologinya. Makanya untuk memastikannya, Tim FK UISU akan mengirimkan sampelnya ke laboratorium klinik penyakit tropik dan infeksi. Sedangkan PCR akan dikirimkan ke Universitas Udayana.

"Fakultas Kedokteran UISU dalam hal ini mendukung tim peneliti untuk melakukan penelitian secara Biologi Monokuler. Karena jenis cacing pita mungkin berbeda spesiesnya dengan negara lainnya yang pernah ditemukan. Artinya mungkin dari peneliti katanya bahwa jenis cacing pita kedua ini berjenis Taenia Asiatica Simalungun, dan itu mudah-mudahan itu dapat kita buktikan," tutur Indra.

"Apabila dari hasil penelitian tersebut menjelaskan ada kecocokan, maka FK UISU lah yang pertama menemukan jenis cacing pita tersebut," imbuhnya kembali seraya menjelaskan secara makroskopis dan mikroskopis, ini adalah Taenia Asiatica yang memiliki cabang uterus rata-rata 16 dan 17 pasang.

Di lokasi yang sama, dr Umar Zein menuturkan kunjungan tim FK UISU ke puskesmas untuk memastikan kondisi kesehatan yang menderita cacing tersebut sudah sembuh.

Sedangkan obat yang diberikan kepada 100 orang warga, untuk melakukan pencegahan dan pengobatan.

Sementara itu, dr Sri Rahayu petugas medis Puskesmas Nagori Dolok mengucapkan terimakasih atas bantuan dari FK UISU dalam membantu masyarakat terutama dengan adanya bantuan obat-obatan yang diberikan.

Senada dengan itu, Kalekson Saragih warga Desa Nagori Maliring, menyatakan sangat berterimakasih dengan adanya bantuan obat-obatan yang diberikan.

Katanya, ia sangat menderita selama 25 tahun lamanya untuk mencari obat atas sakit yang dideritanya.

Hingga akhirnya ia bertemu dengan tim FK UISU, setelah meminum obat yang diberikan akhirnya cacing pita sepanjang 10,5 meter keluar dari dalam tubuhnya.

Dirinya menyadari, bersarangnya cacing pita di perutnya itu dikarenakan seringnya mengonsumsi makanan khas batak Simalungun yang disebut Hinasumba atau daging babi setengah masak.

"Hinasumba ini makanan khas batak Simalungun. Daging babi itu dipotong-potong kecil, terus disiram air panas, habis itu dicampurkan dengan perasan kulit kayu (sikam). Itulah yang kami makan di sini," bebernya.

Dengan adanya temuan ini, dirinya mengaku akan berhenti mengonsumsi daging babi tanpa dimasak dengan matang. "Sudahlah. Tak mau lagi aku makan itu. Nanti aku juga bilang ke keluargaku agar jangan makan daging tanpa dimasak dan bukti cacing itu juga akan kutunjukkan," jelasnya.