MEDAN-Pemerintahan Mahasiswa (PEMA) Universitas Sumatra Utara (USU) menyesalkan sikap rektorat yang hingga hari ini belum bertindak apapun guna mengusut tindak penganiayaan terhadap mahasiswa Ilmu Perpustakaan Fakultas Ilmu Budaya USU Imanuel Silaban atau Nuel oleh puluhan tenaga pengamanan atau satpam pada Kamis (19/10/2017).

Sejak pertama kali tindak premanisme ini mencuat, Jumat, 20/10/2017), seharusnya pihak manajemen kampus sudah memberi penjelasan sehingga duduk perkaranya terang dan dicarikan jalan keluarnya. Bukan seperti saat ini, tanggung jawab rektor dan jajarannya tidak jelas.

Demikian dinyatakan Presiden Pemerintahan Mahasiswa (PEMA) USU, Wira Putra dan Gubernur PEMA Fakultas Ilmu Budaya Yosua dalam konferensi pers, di Sekretariat PEMA USU, Gelanggang Mahasiswa, Kampus USU, Padang Bulan, Medan, Senin (23/10/2017). Pihak Rektorat seakan-akan hendak lari dari tanggung jawab.

Kata Wira, hari ini merupakan hari keempat setelah Nuel dianiaya oleh puluhan satpam.USU. Dikabarkan karena Rektor USU Runtung Sitepu tengah tidak berada di Medan, sehingga tidak diketahui bagaimana sikap dan pertanggungjawaban USU.

"Besok (Selasa, 24/10/2017), rektor dikatakan sudah kembali masuk kampus, besok kami akan kejar dia," tegas Wira.

Wira menyebutkan, terdapat enam poin yang disampaikan kepada Runtung Sitepu. Di antaranya, mengecam tindak represif yang dilakukan satpam terhadap mahasiswa, menolak intervensi militer dan kepolisian ke dalam kampus, menuntut rektorat menuntaskan kasus penganiayaan terhadap Nuel dengan mengungkap dan memecat oknum satpam yang terlibat.

Selanjutnya, meminta Kapoldasu mengusut tuntas pihak-pihak yang terlibat melakukan penganiayaan terhadap Nuel, mendesak Rektorat merespon kondisi medis Nuel dan mencabut SK Rektor tentang jam malam karena mengekang kebebasan akademik.

"Jika tidak dipenuhi rektor kami akan melakukan aksi boikot," kata Yosua.