MEDAN-Pemerintahan Mahasiswa (PEMA) USU dan PEMA Fakultas Ilmu Budaya USU menyatakan terjadi pembiaran dalam peristiwa penganiayaan oleh puluhan satpam kampus terhadap Imanuel Silaban alias Nuel (26) pada Kamis malam lalu (19/10/2017). Pembiaran dilakukan oleh pihak dekanat dan rektorat.

Pernyataan itu disampaikan Presiden Pemerintahan Mahasiswa (PEMA) USU, Wira Putra dan Gubernur PEMA Fakultas Ilmu Budaya USU, Yosua Manalu dalam konferensi pers, di Sekretariat PEMA USU, Jalan Universitas, areal Gelanggan Mahasiswa, Kampus USU, Medan.

Yosua Manalu dalam kronologi penganiayaan Nuel menyebutkan, pada pukul 00.10 WIB (Kamis dinihari) sekitar 40 orang satpam dilengkapi kayu pemukul dan klewang mendatangi Nuel dkk di kampus FIB. Di antara mereka kemudian terjadi adu debat, di mana salah seorang satpam (Fandi Martopo) mengeluarkan pernyataan, "Darah harus dibayar dengan darah."

Pukul 00.30 WIB, kemudian Dekan FIB Budi Agustono mendatangi lokasi perdebatan mahasiswa dengan satpam, berusaha memediasi. Akan tetapi tidak dicapai kata sepakat. "Permusuhan" antara mahasiswa dengan satpam kembali membara.

"Di hadapan Budi Agustono kembali Fandi Martopo mengeluarkan ancaman darah harus dibayar dengan darah," ujar Yosua didampingi Presiden PEMA USU Wira Putra dan sejumlah menteri kabinetnya.

Soal ancaman Fandi Martopo telah telah menanyakan ke Budi Agustono. Katanya, ucapan Fandi itu bukanlah serius.

Akan tetapi fakta memperlihatkan penafsiran Budi Agustono keliru. Karena tidak melakukan sesuatu hal guna mengantisipasi, pasukan satpam leluasa menganiaya Nuel hingga kritis.

"Kalau saja Rektorat dan Dekanat antisipatif dan tidak melakukan pembiaran pasti Nuel tidak akan mengalami seperti sekarang ini," terang Yosua.

Pembiaran lainnya, kata Yosua, pihak Rektorat membebaskan pihak TNI dan kepolisian melakukan intervensi ke dalam kampus saat mahasiswa rekan-rekan Nuel berusaha mencari tahu keberadaannya.

"Sama halnya saat pagi hari, Kamis sekitar pukul 07.00 WIB, ketika Wakil Rektor V Luhut Sihombing mendatangi mahasiswa yang tengah berunjuk rasa di depan markas satpam, sepertinya dia ingin menyembunyikan keberadaan Nuel pasca dianiaya," ujar Yosua.

Barulah setelah didesak terus, kata Yosua, WR V menyatakan Nuel dirawat di RS Bhayangkara.

Lebih jauh Yosua menyatakan bahwa tindakan satpam yang sepertinya ingin menghabisi Nuel merupakan sesuatu yang terencana.

"Kami akan terus mengawal pengusutan kasus penganiayaan terhadap Nuel ini. Kami menuntut pertanggungjawaban pihak Rektorat," tegas Yosua.