MEDAN - Pemerintahan Mahasiswa (Pema) Universitas Sumatera Utara (USU) sangat menyesalkan terjadinya penganiayaan Satpam yang menyebabkan, Imanuel Silaban, mahasiswa Fakultas Ilmu Budaya (FIB) USU hingga saat ini masih kritis di RS Columbia Asia. Dalam keterangan persnya, Gubernur FIB Yosua Yordan Manalu mengatakan kasus ini tidak seharusnya terjadi, sebab sebelum penganiayaan tersebut, Dekan FIB Budi Agustono sudah sempa berupaya menengahi persoalan antara Imanuel dengan salah seorang satpam.

"Pada 19 Oktober 2017, sekitar 40 Satpam datang ke FIB sambil membawa pentungan dan balok ditangan. Budi Agustono selaku dekan FIB melakuan mediasi dan membuat pernyataan bahwa kasus tersebut diselesaikan secara hukum. Namun salah seorang satpam justru menyampaikan ancamannya menyebut darah harus dibayar darah," katanya saat membacakan kronologis persoalan berujung penganiayaan terhadap Imanuel, Senin (23/10/2017).

Sebelumnya Yosua menjelaskan, pemicu kedatangan 40 an Satpam tersebut ke FIB USU disebabkan Imanuel dan salah seorang Satpam bernama Slamet terlibat perkelahian di lapangan Futsal FIB. Perkelahian ini dilerai oleh mahasiswa, namun kemudian Slamet malah memanggil kawan-kawannya untuk balas dendam. Buntut dari persoalan ini terjadi pada malam harinya dimana Imanuel Silaban dikejar oleh Satpam hingga ke dalam gedung FIB.

"Disana ia dipukuli dan dibawa menggunakan mobil pick up milik patroli satpam. Ia terus mendapat penganiayaan hingga akhirnya kritis dan dilarikan ke RS Bhayangkara sebelum akhirnya dirujuk ke RS Columbia Asia," ujarnya.

Aksi para Satpam tersebut menurut mereka merupakan penculikan dan penganiayaan. Sehingga mereka mendesak pihak kepolisian mengusut tuntas para pelaku penganiayaan yang menyebabkan Imanuel hingga saat ini masih kritis.

"Polisi harus mengusut kasus ini karena keluarga Imanuel sudah membuat pengaduan ke Polrestabes Medan," pungkasnya.