MEDAN-PT Pertamina (Persero) Marketing Operation Region (MOR) I Sumbagut, memastikan stok elpiji gas 3 kg di Provinsi Sumut masih tahan sampai akhir tahun ini. Hal itu disampaikan guna menepis kabar pasokan gas bersubsidi tersebut, hanya mampu memenuhi kebutuhan di Medan sampai akhir bulan ini.

Officer Communication & Relation PT Pertamina MOR I Sumbagut, Arya Yusa Dwicandra mengatakan, pasokan gas 3 kg di Sumut tersisa sekitar 20 juta tabung. Sisa kuota tersebut dialokasikan untuk 2 bulan setengah.

"Ini lagi kita atur (penyaluran). Sebenarnya kuota cukup seandainya memang tepat sasaran dan pembeliannya bisa diatur. Tapi masalahnya aturan siapa yang bisa beli dan tidak, masih 'abu-abu' alias tidak jelas," ungkap Arya, Selasa (16/10).

Diutarakannya, kuota gas 3 kg yang ditetapkan di wilayah Sumut tahun ini sekitar 112 juta tabung. Dari jumlah itu, sekira 24 juta tabung untuk Medan.

"Kalau sesuai kuota yang ditetapkan, jatah Medan harusnya masih ada sekitar 20 persen. Akan tetapi, kenyataannya tidak demikian. Jadi kalau sisa 20 juta tabung, maka kuota untuk Medan berarti masih ada 4 jutaan tabung lagi," sebut Arya.

Disinggung mengenai pernyataan anggota DPD RI asal Sumut, Parlindungan Purba yang menyebutkan bahwa pasokan gas hanya mampu bertahan setengah bulan, Arya mengatakan, kemungkinan yang disalurkan langsung semua. Artinya, tidak bertahap.

"Maksud pak Parlindungan kalau digelontorkan langsung semua di bulan ini dan memenuhi kebutuhan masyarakat sesuai grafik, ya bisa habis. Karena trennya naik terus setiap bulannya. Itulah, kenapa kami mengatur terus dan selalu menghitung kebutuhan tiap kabupaten dan kota," pungkasnya.

Sementara, Area Manager Communication and Relations Sumbagut PT Pertamina MOR I, Rudi Ariffianto menyebutkan, Pertamina telah mendistribusikan elpiji 3 kg di wilayah Sumatera Utara hingga September 2017 berjumlah 255.657 metric ton atau sekitar 85 juta tabung. Jumlah ini telah melebihi 1 persen dari kuota yang ditetapkan hingga bulan September yaitu 254.033 metric ton atau sekitar 84,6 juta tabung.

"Coba bayangkan saja, masyarakat dengan kemampuan ekonominya bisa membeli tiga atau empat tabung 3 kg dan sekaligus untuk keperluan di rumahnya seperti water heater, memasak dan lainnya. Sementara, jika yang mampu itu semua beli 3 kg, maka kuota terus berkurang dan warga benar-benar miskin tidak dapat membeli karena stok habis. Jadi, nantinya hanya yang benar-benar miskin sesuai data TNP2K (Tim Nasional Percepatan Penanggulangan Kemiskinan) itu yang menerima elpiji 3 kg," sebutnya.