Simalungun-Petani jeruk di sentra produksi di Kecamatan Pematang Silimakuta, Kabupaten Simalungun mengeluhkan kenaikan biaya atau ongkos pengiriman jeruk ke Jakarta hingga 70% karena kelangkaan bahan bakar minyak (BBM) solar.

Sejumlah petani jeruk di Desa Siborat, Kecamatan Pematang Silimakuta mengatakan, sebelum terjadi kelangkaan BBM solar harga pengiriman jeruk ke Jakarta per keranjang dengan berat isi 50-60 kilogram Rp 80.000.

Namun beberapa pekan belakangan ini menurut para agen penampung jeruk, terjadi kelangkaan solar, sehingga biaya pengiriman jeruk ke Jakarta sebagai salah satu tujuan pemasaran rutin mengalami kenaikan menjadi Rp 130.000 per keranjang. Biaya kenaikan tersebut harus ditanggung petani jeruk.

Menurut salah seorang petani jeruk, Darwis Sipayung, dengan harga jeruk di tingkat petani Rp 6.000/kg, petani sudah mendapat keuntungan. Namun karena kenaikan biaya pengiriman ke Jakarta, keuntungan menjadi tipis.

Darwis berharap pemerintah memberikan perhatian mengatasi kelangkaan BBM solar, sehingga biaya pengiriman jeruk ke Jakarta kembali normal dan petani bisa mendapatkan keuntungan optimal.

Salah seorang agen pengumpul jeruk di Kabupaten Simalungun, Rudy Girsang, mengakui jika ada kenaikan harga pengiriman jeruk ke Jakarta sejak beberapa pekan belakangan ini akibat kelangkaan solar.

“Menurut pemilik truk atau ekspidisi yang biasa disewa untuk mengirim jeruk ke Jakarta, terjadi kelangkaan solar sejak beberapa pekan belakangan ini, sehingga biaya pengiriman jeruk dinaikan menjadi Rp 130.000/kerajang,” kata Rudy.

Rudy menambahkan, pihaknya tidak dapat menahan pengiriman jeruk ke Jakarta, meski biaya pengiriman mengalami kenaikan yang tinggi. Karena khawatir jeruk akan busuk dan menimbulkan kerugian yang besar bagi agen pengumpul dan petani. Sehingga meski keuntungan yang diperoleh berkurang, pengiriman tetap dilakukan.