PERNAH mendengar atau menyeruput kopi panggang? Kalau belum, maka perkenalkan, ini adalah kopi yang terbuat dari daun kopi yang dipanggang. Dikutip dari https://smartnewstapanuli.com, Kamis (21/9/2017), kopi panggang ini rasanya sangat berbeda dari kopi berbahan biji yang biasa kita nikmati. Meski warnanya tidak sepekat kopi biji, tapi rasanya ternyata lebih kuat. Aromanya pun sangat khas, perpaduan kopi dan teh. Bahkan usai meminumnya, jantung bisa lebih berdebar.

Kopi panggang ini memang berasal dari Desa Sipultak Dolok, kecamatan tersebut. Kepala Desanya, Asdellight Lumbantoruan, menuturkan, kopi ini sebenarnya sudah lama diracik dan dikonsumsi oleh warga desa mereka. Namun seiring waktu, kopi khas tersebut tersisihkan, bahkan saat ini jarang ada warga yang membuatnya.

“Kopi panggang sengaja dipamerkan kali ini, agar masyarakat kembali mengenal dan tertarik mengonsumsinya,” terangnya.

Cara meraciknya tak sulit

Ternyata untuk meracik kopi panggang tidak begitu rumit, hanya butuh waktu 10 menit. Seperti diuraikan Tagam Lumbantoruan (68), warga Dusun Meat, Desa Sipultak Dolok.

Diawali dengan daun tanaman kopi yang akan dipanggang dipilih dari ranting yang tidak memiliki buah. Kemudian daun diasapi di atas api, hingga mengering dan menghitam.

“Pengasapan jangan sampai membakar daun, karena hasilnya nanti tidak bagus. Jarak api ke daun sekitar 50 cm,” terangnya.

Setelah benar-benar kering, daun kemudian diremas-remas hingga menyerupai bubuk teh. Serbuk itu kemudian direbus dengan air hingga mendidih. Setelahnya airnya boleh disaring. Jadilah racikan sederhana kopi panggang.

“Segenggam serbuk kopi panggang biasanya hanya untuk 3 gelas,” ujar pria yang sudah belajar meramu kopi panggang sejak berumur 15 tahun, diajarkan oleh orangtuanya.

Tagam sendiri mengaku setiap hari masih mengkonsumsi kopi panggang minimal 2 gelas. “Akan lebih nikmat bila saat merebus bubuknya tadi dicampur dengan batang tebu dan susu kental manis,” pungkas Tagam.