MEDAN - Tren harga cabai merah belakangan ini terus mengalami kenaikan, diprediksi akan menjadi penyumbang inflasi yang signifikan. "Jika harga cabai bertahan di level saat ini, maka cabai akan menjadi penyumbang inflasi. Inflasi di bulan ini akan merealisasikan besaran angka yang cukup signifikan," ujar pengamat Ekonomi Sumut, Gunawan Benjamin, Selasa (19/9/2017).

Dia melanjutkan, oleh sebab itu jangan sampai Sumut kecolongan lagi lantaran tidak mampu mengendalikan harga cabai.

"Kita harus waspada terhadap kemungkinan tekanan inflasi tinggi menjelang akhir tahun. Karena, di akhir tahun ini masih ada sejumlah perayaan keagamaan yang potensial mendongkrak kenaikan laju tekanan inflasi," sebut ekonom dari Universitas Islam Negeri Sumatera Utara ini.

Menurut Gunawan, terkait kenaikan harga cabai saat ini beberapa sentra produksi perlu dilihat apakah masih produktif atau sudah berganti ke tanaman lain.

"Tanaman cabai ini memiliki usia yang pendek. Setelah itu, harus diganti ke tanaman baru. Kita punya pengalaman buruk di kuartal terakhir tahun 2016 silam. Saya pikir hal tersebut seharusnya tidak terulang lagi pada saat ini," cetusnya.

Lebih jauh dia mengatakan, jika mengacu kepada tren konsumsi masyarakat, selama dua pekan terakhir tidak ada perayan atau hari besar khusus yang mendongkrak sisi permintaan. Hal ini berarti semuanya berjalan normal, sehingga sisi pasokan yang seharusnya menjadi fokus saat ini.

"Apabila kenaikan harga cabai dikarenakan oleh sisi pasokan, maka umumnya diakibatkan oleh dua hal utama. Pertama gangguan distribusi, dan kedua gangguan produksi. Namun, sejauh ini distribusi berdasarkan pemantauan kita juga masih terlihat tidak bermasalah. Meski demikian, gangguan produksi ini perlu kita uraikan untuk selanjutnya agar kita bisa melakukan upaya pencegahan supaya harga cabai bisa diturunkan dari posisi harga terakhirnya saat ini," imbuh Gunawan.