TAPANULI SELATAN - Siapa sangka, Kabupaten Tapanuli Selatan (Tapsel), menyimpan kekayaan alam berbentuk goa berwarna-warni seperti Goa Aek Badak. Sayangnya, hingga saat ini perhatian pemerintah untuk mengembangkan tempat tersebut belum maksimal. Siang itu, Minggu (10/09/2017), jarum jam menunjukkan pukul 11.30 WIB. Berbagai komunitas warga yang berasal dari Kota Padangsidimpuan, terlihat bersiap-siap menuju Desa Aek Badak Julu, Kecamatan Sayurmatinggi, tempat di mana lokasi goa tersebut berada. Berbagai persiapan mereka lakukan, mulai dari air minum, tongkat hingga korek api. 

Perjalanan menuju ke desa itu mencapai 40 menit dari Kota Padangsidimpuan, yang dahulunya dikenal sebagai ibu kota Kabupaten Tapsel. Sedangkan dari Kabupaten Mandailing Natal (Madina), para wisatawan harus menempuh perjalan hingga satu jam lebih. 

Pendakian dimulai dengan melintas dari Masjid Nurul Sa’adah. Dari tempat itu, pengunjung harus melewati jalan setapak dengan melintasi kebun coklat, karet  dan pohon pisang milik warga sepanjang lebih kurang dua kilometer. Diperjalanan, juga terlihat dua anak sungai yang sudah mongering. 

Setelah berjalan satu jam, para wisatawan dihadapkan medan yang semakin curam dengan kemeringan empat puluh lima derjat dari permukaan air laut. Tak heran, banyak para pendaki yang ingin menyaksikan keindahan pesona goa harus jatuh bangun. Pengunjung harus memegang akar tanaman agar tidak terjatuh.

Rasa lelah para wisatawan tidak terlihat ketika sampai di lokasi goa pertama. Ternyata, di wilayah itu, ada tiga pintu goa dengan dua lokasi yang berbeda. Jarak antara goa pertama dengan yang kedua lebih kurang 50 meter. Namun, untuk mencapai ke lokasi yang kedua, para pengunjung harus kembali mendaki.

Di lokasi yang pertama, terdapat dua pintu goa yang berbeda.

Hotlan Lubis, Kepala Desa Aek Badak Julu mengatakan, goa yang pertama ditemukan tersebut memiliki panjang hingga 100 meter ke dalam. Untuk masuk ke dalam, para wisatawan hanya menempuh jalan satu arah. Namun, di dalam goa, banyak terdapat persimpangan. 

Uniknya lagi, stalagtit (jenis mineral yang tergantung di langit-langit gua) dan stalagmit (batuan yang terbentuk di lantai gua) langsung menimbulkan warna-warni ketika disinari cahaya. Warna yang akan terlihat seperti, orange, hijau dan coklat.

”Kalau terkena cahaya senter, maka akan terlihat warna-warna seperti, merah, hijau dan coklat,” ungkapnya ketika ditemui awak media. 

Goa kedua yang dijumpai memiliki bentuk yang lebih besar, namun, tidak memiliki panjang yang sama dengan goa yang pertama. Karena panjang goa yang kedua lebih pendek apabila dibandingkan dengan yang pertama.

“Goa kedua ini lebih besar, tapi lebih pendek dari yang pertama dijumpai,” ujarnya.

Tidak terdapat banyak perbedaan kedua goa tersebut, karena bebatuannya memiliki warna-warni. 

Sementara itu, Ketua Komunitas Pewarta Foto Tabagsel Parlin Siregar mengaku, takjub ketika pertama sekali melihat langsung ke dua goa tersebut.

Dia mengatakan, sudah lama ingin mengunjungi goa itu, karena memiliki banyak keunikan apabila dibandingkan goa lain yang ada di Indonesia.

“Lebih banyak angel poto yang diambil, karena goa ini memiliki banyak keistimewaan dibandingkan dengan yang lainnya,” tandasnya.